Identifikasi
Karakter Morfologi Berbagai Spesies Artropoda
Kiki Rofiqoh
Tadris Biologi, FTIK, IAIN Jember
NIM: T20158038
ABSTRAK
Asal kata Arthropoda adalah berasal dari dua kata Yunani yaitu arthros yang
berarti berbuku-buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi
secara umum kelompok Arthropoda dicirikan dengan kaki yang berbuku-buku
atau beruas. Antara buku satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lembaran
yang elastis yang memudahkan pergerakan badan dan kakinya. Tubuh bersegmen- segmen
biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh
bersegmen, simetri bilateral, eksoskeleton berkitin, secara berkala
mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, ekskresi melintas keluar
lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel,
tidak ada silia atau nefridia. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri
morfologi spesies Artropoda Praktikum dilakukan di laboratorium terpadu IAIN Jember. Untuk pengambilan sampling yang bertempat di daerah
pekarangan rumah, daerah gedung G FKTIK IAIN Jember dan di pasar Gumelar. Pada identifikasi menggunakan empat spesies artropoda yaitu spesies Junonia
iphita, spesies Locusta
migratoria untuk kelas Insekta, spesies Nephila sp untuk kelas
Arachnidae dan spesies Litopenaeus
vannamei untuk kelas Crustaceae. Setiap
spesies memiliki karakter morfologi yang berbeda sesuai dengan ciri khusus pada kelasnya, dan menjadi pembeda. Pada
setiap spesies yang diamati memiliki ciri tubuh bersegmen dengan jumlah
segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk
bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks(dada), dan
abdomen (perut). Mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh
bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut
eksosekeleton.
Kata
kunci: Artropoda/Junonia iphita/Locusta
migratoria/Nephila sp/Litopenaeus vannamei
.
PENDAHULUAN
Allah telah menciptakan sesuatu dengan sempurna seperti halnya
berbagaimacam hewan dan tumbuhan yang ada di darat maupun di laut. Hewan
didarat maupun dilaut memiliki bentuk yang beraneka ragam mulai dari bentuk
yang kita ketahui bahwa itu tidak bernyawa hingga dengan ilmu pengetahuan kita
tahu perbedaan dari setiap mahluk hidup. Bahkan ada yang hidup di dua habitat
yaitu air dan daratan. Berbagai macam spesies mahluk hidup seperti yang teah
dijelaskan dalam Al Quran surat Al-ambiya ayat 30
Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu padu, kemudian Kami
pisahkan anatara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapalah mereka tiada juga beriman? ”.
Ayat di atas menegaskan bahwa Allah menciptakan
semua jenis hewan dari air. Lalu Allah menjadikan hewan-hewan itu beraneka
jenis, potensi dan fungsi. Maka sebagian hewan tersebut ada yang berjalan di
atas perutnya, seperti buaya, ular, dan hewan melata lainnya, dan ada pula
berjalan dengan dua ataupun empat kaki.Sesungguhnya penciptaan binatang
menunjukkan kekuasaan Allah, sekaligus merupakan kehendak-Nya yang mutlak. Dari
satu sisi, bahan penciptaanya sama yaitu air, tetapi air dijadikannya
berbeda-beda, lalu dengan perbedaan itu Allah menciptakan makhluk yang memiliki
potensi dan fungsi berbeda-beda pula, dan itu sungguh berbeda dengan substansi
serta kadar air yang merupakan bahan kejadiannya.
Alam semesta merupakan realitas yang
dihadapi manusia dan sampai kini baru sebagian kecil dapat diketahui atau
diungkap oleh manusia. Semakin giat manusia meneliti alam semesta, semakin
banyak pula rahasia kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang dapat dijadikan
pelajaran agar manusia senantiasa berada di jalan takwa.
Asal kata Arthropoda
adalah berasal dari dua kata Yunani yaitu arthros yang berarti
berbuku-buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi secara umum
kelompok Arthropoda dicirikan dengan kaki yang berbuku-buku atau beruas.
Antara buku satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lembaran yang elastis
yang memudahkan pergerakan badan dan kakinya. Arthropoda memiliki
beberapa karakteristik yang membedakan dengan filum yang lain yaitu, tubuh
bersegmen- segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas,
anggota tubuh bersegmen berpasangan (Asal penamaan Arthropoda),
simetri bilateral, eksoskeleton berkitin, secara berkala mengalir
dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, ekskresi melintas keluar lewat
anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel,
tidak ada silia atau nefridia. Arthropoda berasal dari bahasa
Yunani, arthos yang artinya segmen atau ruas dan poda yang
artinya kaki. Jadi, Arthropoda adalah hewan berkaki ruas. Semua
jenis hewan yang termasuk filum Arthropoda memiliki tubuh dan kaki yang
berruas-ruas. Tubuhnya tertutup dengan kitin sebagai rangka luarnya (Suwignyo,
2005).
Berdasarkan persamaan
dan perbedaan struktur tubuhnya, Arthropoda diklasifikasikan menjadi 4
kelas, yaitu Crustacea, Myriapoda, Arachnida, dan Insecta (Champbell, 2008). Crustacea berasal
dari bahasa latin crusta yang artinya cangkang, sebagian
besar Crustacea hidup di laut dan sebagian lagi di air tawar, pada
kepala terdapat dua pasang antena, yaitu sepasang antena panjang dan sepasang
antena pendek, contoh spesies yang termasuk dalam kelas Crustacea
adalah kepiting (Portunus sp.). Myriapoda berasal
dari bahasa Yunani, yakni myriaartinya banyak dan podos artinya
kaki. Myriapoda adalah hewan dengan banyak kaki. Bagian tubuh Myriapoda hanya
dapat dibedakan atas kepala dan tubuh, tubuhnya panjang seperti cacing dan
bersegmen dan di bagian kepala terdapat sepasang antena dan mulut bertaring,
pada tiap segmen terdapat satu hingga dua pasang kaki, contohnya, kaki seribu
(Lulus sp.). Arachnida berasal dari bahasa Yunani, yaitu arachne yang
artinya laba-laba, akan tetapi, bukan berarti anggota kelas ini hanya laba-laba,
umumnya anggota kelas ini hidup di darat, tubuhnya terdiri atas dua bagian,
yaitu tubuh depan dan tubuh belakang, contoh hewan yang termasuk Arachnida adalah
kalajengking (Thelyphonus caudatus) dan laba-laba (Nephila sp.). Insecta atau
serangga meliputi dua per tiga seluruh jumlah hewan-hewan, anggota kelas Insecta yang
telah diketahui namanya, berjumlah lebih dari 700.000 spesies, sari jumlah
tersebut yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah kelompok Coleoptera contoh
hewan dari kelas ini yaitu lalat (Musca domestica) (Suwignyo,
2005).
Klasifikasi Artropoda
pada kelas Insekta contohnya
pada kupu-kupu dan belalang. Kupu-kupu
adalah serangga yang termasuk dalam ordo Lepidoptera, artinya serangga yang
hampir seluruh permukaan tubuhnya tertutupi oleh lembaran-lembaran sisik yang
memberi corak dan warna sayap kupu-kupu. Kupu-kupu merupakan jenis serangga
yang paling banyak dikenal dan sering dijumpai karena bentuk dan warnanya yang
indah dan beragam, dan pada umumnya aktif di siang hari (diurnal). Kupu-kupu
digolongkan ke dalam subordo Rhopalocera karena sifatnya yang diurnal. Berdasarkan
waktu aktifnya Lepidoptera dibedakan menjadi dua subordo, yakni kupu-kupu
(Rhopalocera) yang aktif pada siang hari, dan ngengat (Heterocera) yang aktif
pada malam hari (Teguh, 2013). Keanekaragaman
kupu-kupu di suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, karena keberadaan
kupu-kupu di suatu habitat sangat erat kaitannya dengan faktor lingkungan yang
ada baik abiotik seperti intensitas cahaya matahari, temperatur, kelembaban
udara dan air; maupun faktor biotik seperti vegetasi dan satwa lain. Indonesia
adalah negara yang terdiri dari banyak pulau dengan kondisi lingkungan yang
berbeda. Lima puluh persen kupu-kupu Indonesia merupakan jenis endemik (jenis
yang hanya hidup di suatu tempat dan tidak terdapat di tempat lain) (Teguh,
2013).
Famili Nymphalidae
merupakan famili kupu-kupu yang ditemukan dalam jumlah jenis terbanyak yaitu
sebesar 60 % dari keseluruhan jenis kupu-kupu yang sering ditemukan. Hal ini
dikarenakan pada kawasan ini tersedia banyak tumbuhan pakannya, baik sebagai
pakan larva maupun pakan imago. Sumber
pakan kupu-kupu famili Nympalidae adalah famili Annonaceae, Leguminoceae,
Compositae dan Poaceae. Selain itu, Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu yang
memiliki jumlah jenis terbanyak dan bersifat kosmopolit, distribusi famili ini
tersebar di banyak wilayah dunia dan memiliki kemampuan bertahan hidup yang
tinggi pada berbagai jenis habitat karena bersifat polifag (Febrita dkk, 2014).
Secara umum belalang dibedakan ke dalam dua sub ordo yaitu Caelifera dan Ensifera. Caelifera mencakup semua belalang rumput (berantena pendek), sementara Ensifera mencakup jangkrik, belalang daun, dan belalang berantena panjang. Secara umum belalang dibedakan ke dalam dua Sub Ordo yaitu Caelifera dan Ensifera. Caelifera mencakup semua belalang rumput (berantena pendek), sementara Ensifera mencakup jangkrik, belalang daun, dan belalang berantena panjang. Sejauh ini, keanekaragaman dan kelimpahan belalang yang sudah berhasil diidentifikasi melebihi dari 20.000 spesies yang ada di dunia
Pada kelas
arachnidae contohnya adalah laba-laba. Laba-laba tergolong dalam Filum
Artropoda dan kelas Arachnida serta Ordo Araneae. Hewan ini merupakan
kelompok terbesar dan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi dalam filum
artropoda. Jumlah spesies laba-laba yang telah dideskripsikan pada saat ini sekitar 43.678 spesies,
digolongkan dalam 111 famili dan 3600 genus (Koneri dan saroyo, 2015)
Sedangkan pada kelas Krustasea (Crustacea) adalah hewan yang
termasuk dalam filum arthropoda (hewan beruas-ruas). Sebagian besar crustacea
hidup akuatis, dan bernapas dengan insang. Eksoskeleton keras, terdiri dari
kitin yang berlendir dan mempunyai antena sepasang. Alat-alat tambahan bersifat
tipikal biramus(bercabang dua). Kepala terbentuk sebagai
persatuan segmen-segmen, kadang-kadang bersatu dengan dada membentuk sefalotoraks
(cephalus: kepala, thorax: dada). Contoh udang : udang air
tawar (shrimp) Cambarus sp, udang laut (lobster) Panulirus sp,
dan kepiting atau rajungan dan ketam (Pagurus sp, Cancer sp, dan Uca sp). Crustacea (cangkang yang keras) mencakup udang,
kepiting, lobster, udang karang, remis dan kerabat mereka. Sebagian besar
spesies hidup di laut, tetapi banyak yang hidup di air tawar, dan beberapa
seperti sow bug, menempati daerah lembap di darat. Sebagian besar
crustacea hidup bebas dan soliter, beberapa spesies hidup berkelompok dan
terdapat dalam kumpulan yang sangat banyak, sedangkan spesies lain bersifat
komensalisme atau parasit (Syafrudin,
2016).
Untuk mengetahui karakter morfologi berbagai spesies kelas Artropoda maka kami melakukan pengamatan untuk
mengidentifikasi spesies yang dapat kita temukan di lingkungan kita dan spesies
yang dibeli di pasar Gumelar.
METODE
PENELITIAN
Praktikum yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai
Spesies Artropoda” dilaksanakan di laboratorium terpadu IAIN Jember pada hari Senin tanggal 23
April 2018 untuk pengambilan sampling yang bertempat di daerah pekarangan
rumah, halaman gedung G Kamus IAIN Jember dan di pasar gumelar.
Alat-alat yang kami gunakan pada saat praktikum antara lain: alat seksi,
papan seksi, kaca pembesar (loup), buku identifikasi, lembar pengamatan dan
alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang kami gunakan berupa spesies kupu-kupu,
udang venamei, belalang dan laba-laba.
Prosedur kerja
pada saat pengamatan terdiri dari bebrapa tahap yaitu, tahap pertama,
menyiapkan alat dan bahan, kedua, meletakkan spesies di atas papan seksi. ketiga,
mengamati bagain-bagian spesies dengan mata telanjang dan menggunakan kaca
pembesar (loup). Setelah semua teramati, kemudian mencatat karakter morfologi dari setiap
spesies.
Menggambar secara skematis setiap spesies yang diamati beserta
keterangannya. Lalu menulis klasifikasinya serta menganalisis hasil pengamatan.
HASIL
Berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan tentang “Identifikasi
Karakter Morfologi Berbagai Spesies Artropoda” diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1.
Pengamatan morfologi spesies Artropoda
Kupu-kupu (Junonia iphita)
Lokasi: Halaman gedung G Kamus IAIN Jember
|
||
Gambar
|
Keterangan
|
|
Klasifikasi:
Kingdom:
Animalia
Filum:
Artropoda
Kelas:
Insecta
Ordo:
Lipedoptera
Famili:
Nymphalidae
Genus:
Junonia
Spesies: Junonia iphita
Bagian-bagian
tubuh:
|
||
Belalang
(Locusta migratoria)
|
||
Lokasi : Samping gedung G IAIN Jember
|
||
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Artropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Orthoptera
Famili: Acrididae
Sub famili : Oedipodinae
Genus: Locusta
Spesies : Locusta migratoria
Bagian-bagian tubuh
|
||
Laba-laba
kemlandingan
(Nephila sp)
|
||
Lokasi : pekarangan kos Vivin
|
||
Klasifikasi:
Kingdom:
Animalia
Filum:
Artropoda
Kelas:
Arachnida
Ordo:
Araneae
Famili:
Nephilidae
Genus:
Nephila
Spesies: Nephila sp
Bagian-bagian
tubuh:
1.
Pedipolp
2.
Eyes
3.
Femur
4.
Lengan
5.
Spinners
6.
Abdomen
7.
Coxa
8.
Anus
9.
Sigilla
10.
Maxila
|
||
Litopenaeus
vannamei (Udang)
|
|
Lokasi : Pasar Gumelar
|
|
Gambar
|
Keterangan
|
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Artropoda
Kelas: Crustacea
Ordo: Decapoda
Famili: Penaudae
Genus: Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Bagian-bagian tubuh
1.
Eye
2.
Rostum
3.
Carapace
4.
Abdominal
segmen
5.
Telson
6.
Urupods
7.
Pleopods
(swimminglegs)
8.
Pereopods
(walkinglegs)
9.
Antennae
|
Tabel 3.
Ciri-ciri morfologi
Ciri-ciri Morfologi
|
|
Artropoda
|
|
Junonia
iphita
|
Locusta migratoria
|
Warna tubuh : coklat dengan corak putih di bawah sayap
Simetri tubuh : billateral
Panjang sayap : 4 cm
Memiliki sepasang mata
Lebar abdomen : 1 cm
Berat : 0,2 gr
|
Warna tubuh : coklat dengan garis kuning
Simetri tubuh : Billateral
Ukuran tubuh : P: 5,7 cm, L : 0,7 cm
Tubuh terbagi menjadi : kepala, toraks, abdomen
Mempunyai 3 pasang kaki
|
Nephila sp
|
Litopenaeus vannamei
|
Warna karapaks : hitam dengan garis dan bintik kuning
Simetri tubuh : Billateral
Ukuran tubuh : P, 9 cm dan L, 6 cm
Banyak kaki/lengan : 4 pasang
Terdapat antena dan sepasang mata
Bentuk Epigynum : Silinder memanjang
|
Tekstur tubuh : lunak
Warna tubuh : putih kemerahan
Simetri tubuh : Billateral
Jumlah pleopods : 5 pasang
Jumlah pereopods : 5 pasang
P : 6 cm, L : 0,8 cm
|
Tabel 2.
Dendogram
PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang diperoleh dilihat pada gambar dan
tabel, dapat terlihat
morfologi dari setiap spesies yang diamati. Pada kupu-kupu yang merupakan
spesies dari Junonia iphita merupakan beberapa jenis kupu-kupu yang lebih aktif di siang / sore hari (Rhopalocera). Merupakan spesies ber simetri billateral. Kepala
Junonia mempunyai sepasang antena yang berfungsi sebagai peraba dan
perasa. Probosis
terletak pada mandibula (rahang bawah), apabila tidak sedang digunakan proboscis
ini digulung, dan dapat dijulurkan kembali untuk menghisap nectar bunga.
Bentuk antena dari kupu-kupu termasuk dalam hespirioidea yaitu memiliki antena
kanan dan kiri berjauhan dan menyiku pada ujungnya. Fungsi antena juga sebagai alat
penciuman dan terkadang untk mendeteksi suara. Selain sepasang antena di kepala, juga terdapat
sepasang mata yang terdiri dari atas mata majemuk yang tesusun atas ratusan ommatidia.
Mata tersebut dapat mendeteksi gerakan dengan baik, tetapi dapat fokus dan
melihat jarak dengan jelas (Utami, 2012). Pada kepala terdapat proboscis,
yang merupakan bagian mulut kupu-kupu dengan tipe penghisap (siphoning).
Proboscis berbentuk seperti tabung yang menggulung seperti spiral ketika sedang
tidak digunakan (Utami, 2012).
Pada toraks Junonia terhubung
dengan kepala melalui membran yang berfungsi sebagai leher yang lembut dan
pendek. Di dalam toraks terdapat sekumpulan otot-otot yang menyokong pergerakan
kupu-kupu. Sejumlah spirakel pada sisi-sisi toraks berfungsi sebagai tempat
masuknya udara dari luar ke dalam tubuh kupu-kupu. Sepasang kaki depan
kupu-kupu (forelag) melekat pada bagian protoraks. Pasangan kaki
kedua bersama sepasang sayang dengan melekat pada bagian mesotoraks.pasangan
kaki ketiga melekat pada mesotoraks bersama dengan sepasang sayap belakang (Utami,
2012). Sayap Junonia berwarna coklat petang dengan bercak putih di
sepanjang ujung tepi sayap depan maupun belakang. Warna yang terbentuk pada
sayap berasal dari sisik yang menutupi sayap pada keduanya, yang dinamakn
double layer dengan panjang sayap 4 cm.
Famili Neymphalidae ini termasuk
jenis kupu-kupu yang sayapnya ditutupi sisik. Pada abdomen merupakan ruas
ketiga tubuh yang berfungsi utuk mengolah makanan, organ genitalia juga
terdapat pada bagian abdomen. Bagian perut terdiri dari 10 segmen, terdiri dari dorsum, sternum dan pleurum. Dua atau tiga ruas abdomen
terakhir sangat mengalami modifikasi membentuk alat genetalia. Kupu-kupu merupakan hewan berdarah dingin,
yakni suhu tubuhnya tergantung pada suhu lingkungannya. Kuu-kupu membutuhkan
panas untuk meningkatkan aktivitas fisiologisnya. Oleh karena itu, kupu-kupu
akan menghangatkan tubuhnya ketika suhu di lingkungannya dingin atau rendah
yakni dengan berjemur.
Pada belalang spesies Locusta migratoria memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah yang memiliki bagian-bagian
labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat
palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Sayap depan
(tegmina) belalang berukuran lebih sempit daripada sayap belakang dengan
vena-vena menebal/mengeras. Sayap belakang berupa membran dan melebar dengan
vena-vena yang teratur. Ukuran L. migratotia memiliki panjang tubuh 5,7 cm dan lebar tubuh 0,7 cm, dengan simetri billateral.
Belalang Locusta merupakan serangga yang dapat
merugikan tanaman budidaya karena selain memakan rumput-rumputan juga dapat
memakan bagian tanaman. Salah satu jenis belalang Locusta yang menjadi
hama penting di Indonesia adalah belalang kembara (Locusta
migratoriamanilensis L.). Jenis belalang ini paling senang hidup di daerah
yang kering. Dalam kondisi ini pada waktu-waktu tertentu belalang kembara dapat
mencapai populasi yang sangat tinggi dan sering bermigrasi dalam kelompok yang
besar dari areal pertanaman jagung yang satu ke areal pertanaman jagung yang
lain (Ferdinan, 2017). Belalang kembara, baik yang masih muda (nimfa) maupun
yang sudah dewasa, memakan daun-daun tanaman jagung sehingga mengurangi luas
permukaan daun. Belalang dewasa biasanya memakan bagian tepi daun, sementara
nimfanya memakan diantara tulang-tulang daun sehingga menimbulkan lubang-lubang
pada daun. Kerusakan daun ini pasti berpengaruh terhadap produktivitas tanaman
yang diserang. Jika serangan belalang ini dalam jumlah populasi yang tinggi,
daun tanaman jagung yang diserang akan habis dimakannya (Ferdinan, 2017).
Pada suatu ekosistem laba-laba memiliki peranan
penting sebagai pemangsa terutama memangsa serangga sehingga berperan dalam
mengendalikan populasi serangga hama. Laba-laba dapat dijadikan sebagai agens pengendali hayati yang
potensial untuk berbagai spesies serangga hama karena laba-laba bersifat polifag. Berdasarkan
peranan ini laba-laba mempunyai arti penting dalam rantai makanan. Laba-laba
juga memiliki peran dalam pertanian, perkebunan, dan perumahan, yaitu untuk
melindungi dari serangga-serangga perusak (Koneri dan saroyo, 2015). Kehadiran laba-laba pada suatu ekosistem sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban, angin, dan intensitas cahaya.
Faktor biologis, seperti tipe vegetasi, ketersediaan makanan, pesaing, dan musuh-musuhnya merupakan
faktor-faktor yang membatasi kehadiran laba-laba pada suatu ekosistem.
Tingginya kelimpahan laba-laba pada perkebunan disebabkan oleh melimpahnya serangga hama yang berada di daerah
tersebut (Kuniawan dkk 2014).
Karapas laba-laba spesies Nephila bewarna kuning kehitaman. Panjang total 51,23 cm, panjang karapas 9 cm, lebar karapas 6 cm, panjang abdomen 42,13 cm, lebar abdomen 14,22 cm. Epigynum Nephila berbentuk silinder memanjang, abdomen Nephila bewarna abu-abu kekuningan dengan panjang total rasio lima kali lebih panjang dari panjang karapas. Genera ini memiliki empat pasang kaki yang terletak pada bagian cephalothorax (Tabel 1). Struktur spineret membulat, berhimpit di ujung abdomen. Laba-laba merupakan kelompok Arthropoda yang mampu beradaptasi di berbagai habitat namun sangat sensitif terhadap gangguan yang terjadi di lingkungannya. Laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu ekstrim, kelembaban tinggi, intensitas cahaya rendah, kecepatan angin rendah, dan menghindari areal perkebunan yang menggunakan pestisida (Kuniawan dkk 2014).
L. vannamei
ini berwarna putih kemerahan dengan tekstur lunak pada
abdomen dan keras pada carapace. Sama seperti spesies lainnya yang bersimetri
billateral, juga memiliki 5 pasang pleopods
dan 5 pasang pereopods. Spesies ini memiliki
panjang tubuh 6 cm sedangkan lebar tubuh
0,8 cm. Tubuh udang vennamei (Litopenaeus
vannamei) dibagi menjadi dua bagian, yaitu sefalotoraks
dan abdomen, yang pertama tertutup dengan tameng keras (carapace)
yang menjulur ke depan di antara dua mata. chephaloptorax dan abdomen
terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas, dimana masing-masing segmen tersebut
memiliki anggota badan yang mempunyai fungsi masing-masing. Penujuluran tameng
itu disebut rastrum. Tiga belas pasang pertama alat tambahan dan mata
bertaut dengan sefalatoraks. Enam alat tambahan lainnya bertaut dengan abdomen,
dan masing-masing berakhir sebagai telson (sirip horisontal). Abdomen
dibagi menjadi segmen-segmen, di sebelah dorsal dan di sebelah lateralnya
masing-masing dilindungi oleh suatu skeleton yang bercabang. Skeleton dibagi
menjadi dua: sebuah tergit (dorsal) dan dua buah pleura (lateral). Di
sebelah ventral tiap segmen abdomen terdapat papan yang disebut sternit.
Alat tambahan pada udang selain mata, merupakan modifikasi dari tipe biramus.
Alat
tambahan itu terdiri dari protopodet (proksimal) dan dua cabang distal
yang disebut endopodet (cabang-cabang dalam) dan eksopodet
(cabang luar). Protopodet, endopodet dan eksopodet itu
masing-masing dapat bermodifikasi sehingga tereduksi menjadi berbagai macam,
sesuai dengan alat tambahan yang semuanya ada 19 pasang. Udang mempunyai selom,
tetapi sebagian besar ditempati oleh organ-organ tubuh. Selom pada udang adalah
hemosoel yang merupakan bagian dari sistem peredaran darah (Syafrudin,
2016).
SIMPULAN
Berdasarkan pengamatan empat spesies Artropoda yaitu spesies Junonia iphita, spesies Locusta migratoria untuk kelas
Insekta, spesies Nephila sp untuk kelas Arachnidae dan spesiesLitopenaeus
vannamei untuk kelas Crustaceae. Setiap
spesies memiliki karakter morfologi yang berbeda sesuai dengan ciri khusus pada kelasnya, dan menjadi pembeda. Pada
setiap spesies yang diamati memiliki ciri tubuh bersegmen dengan jumlah
segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk
bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks(dada), dan
abdomen (perut). Mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh
bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut
eksosekeleton. Eksoskeleton tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel
kulit. eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat.
Eksoskeleton terdiri dari lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang
fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Campbel, 2008. Biology Edisi 8 Jilid 2. Jakarta:Erlangga
Febrita Elya dkk. Keanekaragaman Jenis
Kupu-Kupu (Subordo Rhopalocera) Di Kawasan Wisata Hapanasan Rokan Hulu Sebagai
Sumber Belajar Pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Jurnal Biogenesis, Vol. 10, Nomor
2, Februari 2014
Ferdinan,
Aditya. 2017. Karakteristik Komunitas Belalang Pada Beberapa Vegetasi Di Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung.
Koneri, roni dan Saroyo. Struktur Komunitas Laba-Laba (Arachnida: Araneae) di Taman Nasional
Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara. Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology
ISSN: 1829-7722. November 2015, Vol. 12 No. 3, 149–157.
Kurniawan, Cahyadi dkk. Eksplorasi
Laba-laba (Araneae) di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga Kecamatan
Sungai Ambawang. Protobiont 2014 Vol 3 (2): 218 - 224
Suwignyo S. 2005. Avertebrata Air Jilid I.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Syafrudin. 2016. Identifikasi Jenis Udang (Crustacea) di Daerah Aliran Sungai (Das) Kahayan Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya Fakultastarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Mipa Prodi Tadris biologi 1438 H/2016 M
Syafrudin. 2016. Identifikasi Jenis Udang (Crustacea) di Daerah Aliran Sungai (Das) Kahayan Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya Fakultastarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Mipa Prodi Tadris biologi 1438 H/2016 M
Teguh Heni Sulistyani. 2013. Keanekaragaman Jenis
Kupu-Kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Kawasan
Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kabupaten Batang. Skripsi. Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Utami, Eka
Nurlaila. Komunitas Kupu-Kupu (Ordo Lepidoptera : Papilionoidae) di Kamous
Universitas Indonesia Depok, Jawa
Barat. Skiripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi Depok. Januari 2012.