Rabu, 09 Mei 2018

laporan praktikum taksonomi hewan filum Artropoda



Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai Spesies Artropoda

Kiki Rofiqoh
Tadris Biologi, FTIK, IAIN Jember
NIM: T20158038

ABSTRAK
Asal kata Arthropoda adalah berasal dari dua kata Yunani yaitu arthros yang berarti berbuku-buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi secara umum kelompok Arthropoda dicirikan dengan kaki yang berbuku-buku atau beruas. Antara buku satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lembaran yang elastis yang memudahkan pergerakan badan dan kakinya. Tubuh bersegmen- segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen, simetri bilateral, eksoskeleton berkitin, secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau nefridia. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri morfologi spesies Artropoda Praktikum dilakukan di laboratorium terpadu IAIN Jember. Untuk pengambilan sampling yang bertempat di daerah pekarangan rumah, daerah gedung G FKTIK IAIN Jember dan di pasar Gumelar. Pada identifikasi menggunakan empat spesies artropoda yaitu  spesies Junonia iphita,  spesies Locusta migratoria untuk kelas Insekta, spesies Nephila sp untuk kelas Arachnidae dan spesies Litopenaeus vannamei untuk kelas Crustaceae. Setiap spesies memiliki karakter morfologi yang berbeda sesuai dengan ciri khusus pada kelasnya, dan menjadi pembeda. Pada setiap spesies yang diamati memiliki ciri tubuh bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang  kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks(dada), dan abdomen (perut). Mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton.
Kata kunci: Artropoda/Junonia iphita/Locusta migratoria/Nephila sp/Litopenaeus vannamei
.



PENDAHULUAN

Allah telah menciptakan sesuatu dengan sempurna seperti halnya berbagaimacam hewan dan tumbuhan yang ada di darat maupun di laut. Hewan didarat maupun dilaut memiliki bentuk yang beraneka ragam mulai dari bentuk yang kita ketahui bahwa itu tidak bernyawa hingga dengan ilmu pengetahuan kita tahu perbedaan dari setiap mahluk hidup. Bahkan ada yang hidup di dua habitat yaitu air dan daratan. Berbagai macam spesies mahluk hidup seperti yang teah dijelaskan dalam Al Quran surat Al-ambiya ayat 30



Artinya:  “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu padu, kemudian Kami pisahkan anatara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapalah mereka tiada juga beriman? ”.

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah menciptakan semua jenis hewan dari air. Lalu Allah menjadikan hewan-hewan itu beraneka jenis, potensi dan fungsi. Maka sebagian hewan tersebut ada yang berjalan di atas perutnya, seperti buaya, ular, dan hewan melata lainnya, dan ada pula berjalan dengan dua ataupun empat kaki.Sesungguhnya penciptaan binatang menunjukkan kekuasaan Allah, sekaligus merupakan kehendak-Nya yang mutlak. Dari satu sisi, bahan penciptaanya sama yaitu air, tetapi air dijadikannya berbeda-beda, lalu dengan perbedaan itu Allah menciptakan makhluk yang memiliki potensi dan fungsi berbeda-beda pula, dan itu sungguh berbeda dengan substansi serta kadar air yang merupakan bahan kejadiannya.
Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi manusia dan sampai kini baru sebagian kecil dapat diketahui atau diungkap oleh manusia. Semakin giat manusia meneliti alam semesta, semakin banyak pula rahasia kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang dapat dijadikan pelajaran agar manusia senantiasa berada di jalan takwa.
Asal kata Arthropoda adalah berasal dari dua kata Yunani yaitu arthros yang berarti berbuku-buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi secara umum kelompok Arthropoda dicirikan dengan kaki yang berbuku-buku atau beruas. Antara buku satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lembaran yang elastis yang memudahkan pergerakan badan dan kakinya. Arthropoda memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan filum yang lain yaitu, tubuh bersegmen- segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan (Asal penamaan Arthropoda), simetri bilateral, eksoskeleton berkitin, secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau nefridia. Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, arthos yang artinya segmen atau ruas dan poda yang artinya kaki. Jadi, Arthropoda adalah hewan berkaki ruas. Semua jenis hewan yang termasuk filum Arthropoda memiliki tubuh dan kaki yang berruas-ruas. Tubuhnya tertutup dengan kitin sebagai rangka luarnya (Suwignyo, 2005). 
Berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur tubuhnya, Arthropoda diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu Crustacea, Myriapoda, Arachnida, dan  Insecta (Champbell, 2008). Crustacea berasal dari bahasa latin crusta yang artinya cangkang, sebagian besar Crustacea hidup di laut dan sebagian lagi di air tawar, pada kepala terdapat dua pasang antena, yaitu sepasang antena panjang dan sepasang antena pendek, contoh spesies yang termasuk dalam kelas Crustacea adalah kepiting (Portunus sp.). Myriapoda berasal dari bahasa Yunani, yakni myriaartinya banyak dan podos artinya kaki. Myriapoda adalah hewan dengan banyak kaki. Bagian tubuh Myriapoda hanya dapat dibedakan atas kepala dan tubuh, tubuhnya panjang seperti cacing dan bersegmen dan di bagian kepala terdapat sepasang antena dan mulut bertaring, pada tiap segmen terdapat satu hingga dua pasang kaki, contohnya, kaki seribu (Lulus sp.). Arachnida berasal dari bahasa Yunani, yaitu arachne yang artinya laba-laba, akan tetapi, bukan berarti anggota kelas ini hanya laba-laba, umumnya anggota kelas ini hidup di darat, tubuhnya terdiri atas dua bagian, yaitu tubuh depan dan tubuh belakang, contoh hewan yang termasuk Arachnida adalah kalajengking (Thelyphonus caudatus) dan laba-laba (Nephila sp.). Insecta atau serangga meliputi dua per tiga seluruh jumlah hewan-hewan, anggota kelas Insecta yang telah diketahui namanya, berjumlah lebih dari 700.000 spesies, sari jumlah tersebut yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah kelompok Coleoptera contoh hewan dari kelas ini yaitu lalat (Musca domestica) (Suwignyo, 2005).
Klasifikasi Artropoda pada kelas Insekta contohnya pada kupu-kupu dan belalang. Kupu-kupu adalah serangga yang termasuk dalam ordo Lepidoptera, artinya serangga yang hampir seluruh permukaan tubuhnya tertutupi oleh lembaran-lembaran sisik yang memberi corak dan warna sayap kupu-kupu. Kupu-kupu merupakan jenis serangga yang paling banyak dikenal dan sering dijumpai karena bentuk dan warnanya yang indah dan beragam, dan pada umumnya aktif di siang hari (diurnal). Kupu-kupu digolongkan ke dalam subordo Rhopalocera karena sifatnya yang diurnal. Berdasarkan waktu aktifnya Lepidoptera dibedakan menjadi dua subordo, yakni kupu-kupu (Rhopalocera) yang aktif pada siang hari, dan ngengat (Heterocera) yang aktif pada malam hari  (Teguh, 2013). Keanekaragaman kupu-kupu di suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, karena keberadaan kupu-kupu di suatu habitat sangat erat kaitannya dengan faktor lingkungan yang ada baik abiotik seperti intensitas cahaya matahari, temperatur, kelembaban udara dan air; maupun faktor biotik seperti vegetasi dan satwa lain. Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Lima puluh persen kupu-kupu Indonesia merupakan jenis endemik (jenis yang hanya hidup di suatu tempat dan tidak terdapat di tempat lain) (Teguh, 2013).
Famili Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu yang ditemukan dalam jumlah jenis terbanyak yaitu sebesar 60 % dari keseluruhan jenis kupu-kupu yang sering ditemukan. Hal ini dikarenakan pada kawasan ini tersedia banyak tumbuhan pakannya, baik sebagai pakan larva maupun pakan imago. Sumber pakan kupu-kupu famili Nympalidae adalah famili Annonaceae, Leguminoceae, Compositae dan Poaceae. Selain itu, Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu yang memiliki jumlah jenis terbanyak dan bersifat kosmopolit, distribusi famili ini tersebar di banyak wilayah dunia dan memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi pada berbagai jenis habitat karena bersifat polifag (Febrita dkk, 2014).
Secara umum belalang dibedakan ke dalam dua sub ordo yaitu Caelifera dan Ensifera. Caelifera mencakup semua belalang rumput (berantena pendek), sementara Ensifera mencakup jangkrik, belalang daun, dan belalang berantena panjang. Secara umum belalang dibedakan ke dalam dua Sub Ordo yaitu Caelifera dan Ensifera. Caelifera mencakup semua belalang rumput (berantena pendek), sementara Ensifera mencakup jangkrik, belalang daun, dan belalang berantena panjang. Sejauh ini, keanekaragaman dan kelimpahan belalang yang sudah berhasil diidentifikasi melebihi dari 20.000 spesies yang ada di dunia
Pada kelas arachnidae contohnya adalah laba-laba. Laba-laba tergolong dalam Filum Artropoda dan kelas Arachnida serta Ordo Araneae. Hewan ini merupakan kelompok terbesar dan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi dalam filum artropoda. Jumlah spesies laba-laba yang telah dideskripsikan pada saat ini sekitar 43.678 spesies, digolongkan dalam 111 famili dan 3600 genus (Koneri dan saroyo, 2015)
Sedangkan pada kelas Krustasea (Crustacea) adalah hewan yang termasuk dalam filum arthropoda (hewan beruas-ruas). Sebagian besar crustacea hidup akuatis, dan bernapas dengan insang. Eksoskeleton keras, terdiri dari kitin yang berlendir dan mempunyai antena sepasang. Alat-alat tambahan bersifat tipikal biramus(bercabang dua). Kepala terbentuk sebagai persatuan segmen-segmen, kadang-kadang bersatu dengan dada membentuk sefalotoraks (cephalus: kepala, thorax: dada). Contoh udang : udang air tawar (shrimp) Cambarus sp, udang laut (lobster) Panulirus sp, dan kepiting atau rajungan dan ketam (Pagurus sp, Cancer sp, dan Uca sp). Crustacea (cangkang yang keras) mencakup udang, kepiting, lobster, udang karang, remis dan kerabat mereka. Sebagian besar spesies hidup di laut, tetapi banyak yang hidup di air tawar, dan beberapa seperti sow bug, menempati daerah lembap di darat. Sebagian besar crustacea hidup bebas dan soliter, beberapa spesies hidup berkelompok dan terdapat dalam kumpulan yang sangat banyak, sedangkan spesies lain bersifat komensalisme atau parasit (Syafrudin, 2016).
Untuk mengetahui karakter morfologi berbagai spesies kelas Artropoda  maka kami melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi spesies yang dapat kita temukan di lingkungan kita dan spesies yang dibeli di pasar Gumelar.

METODE PENELITIAN
Praktikum yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai Spesies Artropoda” dilaksanakan di laboratorium terpadu IAIN Jember pada hari Senin tanggal 23 April 2018 untuk pengambilan sampling yang bertempat di daerah pekarangan rumah, halaman gedung G Kamus IAIN Jember dan di pasar gumelar.
Alat-alat yang kami gunakan pada saat praktikum antara lain: alat seksi, papan seksi, kaca pembesar (loup), buku identifikasi, lembar pengamatan dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang kami gunakan berupa spesies kupu-kupu, udang venamei, belalang dan laba-laba.
Prosedur kerja pada saat pengamatan terdiri dari bebrapa tahap yaitu, tahap pertama, menyiapkan alat dan bahan, kedua, meletakkan spesies di atas papan seksi. ketiga, mengamati bagain-bagian spesies dengan mata telanjang dan menggunakan kaca pembesar (loup). Setelah semua teramati, kemudian  mencatat karakter morfologi dari setiap spesies.
Menggambar secara skematis setiap spesies yang diamati beserta keterangannya. Lalu menulis klasifikasinya serta menganalisis hasil pengamatan.
HASIL
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai Spesies Artropoda” diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Pengamatan morfologi spesies Artropoda
Kupu-kupu (Junonia iphita)
Lokasi: Halaman gedung G Kamus IAIN Jember
Gambar
Keterangan

       





Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Artropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Lipedoptera
Famili: Nymphalidae
Genus: Junonia
Spesies: Junonia iphita

Bagian-bagian tubuh:
  1. Forewing
  2. Mind wing
  3. Abdomen
  4. Pembuluh sayap
  5. Antena
  6. Kepala
  7. Compaund eye






Belalang
(Locusta migratoria)
Lokasi : Samping gedung G IAIN Jember




Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Artropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Orthoptera
Famili: Acrididae
Sub famili : Oedipodinae
Genus: Locusta
Spesies : Locusta migratoria

Bagian-bagian tubuh
  1. Antena
  2. Head
  3. Femur
  4. Tibia
  5. Tarsus
  6. Sayap
  7. Cercus
  8. Spiracles
  9.  Labrum
  10. Mandible
  11. Compaund eye
  12. Ocelli
  13. Mulut
Laba-laba kemlandingan 
(Nephila sp)
Lokasi : pekarangan kos Vivin







Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Artropoda
Kelas: Arachnida
Ordo: Araneae
Famili: Nephilidae
Genus: Nephila
Spesies: Nephila sp

Bagian-bagian tubuh:
1.       Pedipolp
2.       Eyes
3.       Femur
4.       Lengan  
5.       Spinners
6.       Abdomen
7.       Coxa
8.       Anus
9.       Sigilla
10.   Maxila





Litopenaeus vannamei (Udang)
Lokasi : Pasar Gumelar
Gambar
Keterangan











Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Artropoda
Kelas: Crustacea
Ordo: Decapoda
Famili: Penaudae
Genus: Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Bagian-bagian tubuh
1.       Eye
2.       Rostum
3.       Carapace
4.       Abdominal segmen
5.       Telson
6.       Urupods
7.       Pleopods (swimminglegs)
8.       Pereopods (walkinglegs)
9.       Antennae


Tabel 3. Ciri-ciri morfologi
Ciri-ciri Morfologi
Artropoda
Junonia iphita
Locusta migratoria
Warna tubuh : coklat dengan corak putih di bawah sayap
Simetri tubuh : billateral
Panjang sayap : 4 cm
Memiliki sepasang mata
Lebar abdomen : 1 cm
Berat : 0,2 gr

Warna tubuh : coklat dengan garis kuning
Simetri tubuh : Billateral
Ukuran tubuh : P: 5,7 cm, L : 0,7 cm
Tubuh terbagi menjadi : kepala, toraks, abdomen
Mempunyai 3 pasang kaki
Nephila sp
Litopenaeus vannamei
Warna karapaks : hitam dengan garis dan bintik kuning
Simetri tubuh : Billateral
Ukuran tubuh : P, 9 cm dan L, 6 cm
Banyak kaki/lengan : 4 pasang
Terdapat antena dan sepasang mata
Bentuk Epigynum : Silinder memanjang
Tekstur tubuh : lunak
Warna tubuh : putih kemerahan
Simetri tubuh : Billateral
Jumlah pleopods : 5 pasang
Jumlah pereopods : 5 pasang
P : 6 cm, L : 0,8 cm

Tabel 2. Dendogram






PEMBAHASAN


Dari pengamatan yang diperoleh dilihat pada gambar dan tabel, dapat terlihat morfologi dari setiap spesies yang diamati. Pada kupu-kupu yang merupakan spesies dari Junonia iphita merupakan beberapa jenis kupu-kupu yang lebih aktif di siang / sore hari (Rhopalocera). Merupakan spesies ber simetri billateral. Kepala Junonia mempunyai sepasang antena yang berfungsi sebagai peraba dan perasa. Probosis terletak pada mandibula (rahang bawah), apabila tidak sedang digunakan proboscis ini digulung, dan dapat dijulurkan kembali untuk menghisap nectar bunga. Bentuk antena dari kupu-kupu termasuk dalam hespirioidea yaitu memiliki antena kanan dan kiri berjauhan dan menyiku pada ujungnya. Fungsi antena juga sebagai alat penciuman dan terkadang untk mendeteksi suara. Selain  sepasang antena di kepala, juga terdapat sepasang mata yang terdiri dari atas mata majemuk yang tesusun atas ratusan ommatidia. Mata tersebut dapat mendeteksi gerakan dengan baik, tetapi dapat fokus dan melihat jarak dengan jelas (Utami, 2012). Pada kepala terdapat proboscis, yang merupakan bagian mulut kupu-kupu dengan tipe penghisap (siphoning). Proboscis berbentuk seperti tabung yang menggulung seperti spiral ketika sedang tidak digunakan (Utami, 2012).
Pada toraks Junonia terhubung dengan kepala melalui membran yang berfungsi sebagai leher yang lembut dan pendek. Di dalam toraks terdapat sekumpulan otot-otot yang menyokong pergerakan kupu-kupu. Sejumlah spirakel pada sisi-sisi toraks berfungsi sebagai tempat masuknya udara dari luar ke dalam tubuh kupu-kupu. Sepasang kaki depan kupu-kupu (forelag) melekat pada bagian protoraks. Pasangan kaki kedua bersama sepasang sayang dengan melekat pada bagian mesotoraks.pasangan kaki ketiga melekat pada mesotoraks bersama dengan sepasang sayap belakang (Utami, 2012). Sayap Junonia berwarna coklat petang dengan bercak putih di sepanjang ujung tepi sayap depan maupun belakang. Warna yang terbentuk pada sayap berasal dari sisik yang menutupi sayap pada keduanya, yang dinamakn double layer dengan panjang sayap 4 cm.
Famili Neymphalidae ini termasuk jenis kupu-kupu yang sayapnya ditutupi sisik. Pada abdomen merupakan ruas ketiga tubuh yang berfungsi utuk mengolah makanan, organ genitalia juga terdapat pada bagian abdomen. Bagian perut terdiri dari 10 segmen, terdiri dari dorsum, sternum dan pleurum. Dua atau tiga ruas abdomen terakhir sangat mengalami modifikasi membentuk alat genetalia. Kupu-kupu merupakan hewan berdarah dingin, yakni suhu tubuhnya tergantung pada suhu lingkungannya. Kuu-kupu membutuhkan panas untuk meningkatkan aktivitas fisiologisnya. Oleh karena itu, kupu-kupu akan menghangatkan tubuhnya ketika suhu di lingkungannya dingin atau rendah yakni dengan berjemur.
Pada belalang spesies Locusta migratoria memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Sayap depan (tegmina) belalang berukuran lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras. Sayap belakang berupa membran dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Ukuran L. migratotia memiliki panjang tubuh 5,7 cm dan lebar tubuh  0,7 cm, dengan simetri billateral.
Belalang Locusta merupakan serangga yang dapat merugikan tanaman budidaya karena selain memakan rumput-rumputan juga dapat memakan bagian tanaman. Salah satu jenis belalang Locusta yang menjadi hama penting di Indonesia adalah belalang kembara (Locusta migratoriamanilensis L.). Jenis belalang ini paling senang hidup di daerah yang kering. Dalam kondisi ini pada waktu-waktu tertentu belalang kembara dapat mencapai populasi yang sangat tinggi dan sering bermigrasi dalam kelompok yang besar dari areal pertanaman jagung yang satu ke areal pertanaman jagung yang lain (Ferdinan, 2017). Belalang kembara, baik yang masih muda (nimfa) maupun yang sudah dewasa, memakan daun-daun tanaman jagung sehingga mengurangi luas permukaan daun. Belalang dewasa biasanya memakan bagian tepi daun, sementara nimfanya memakan diantara tulang-tulang daun sehingga menimbulkan lubang-lubang pada daun. Kerusakan daun ini pasti berpengaruh terhadap produktivitas tanaman yang diserang. Jika serangan belalang ini dalam jumlah populasi yang tinggi, daun tanaman jagung yang diserang akan habis dimakannya (Ferdinan, 2017).
Pada suatu ekosistem laba-laba memiliki peranan penting sebagai pemangsa terutama memangsa serangga sehingga berperan dalam mengendalikan populasi serangga hama. Laba-laba dapat dijadikan sebagai agens pengendali hayati yang potensial untuk berbagai spesies serangga hama karena laba-laba bersifat polifag. Berdasarkan peranan ini laba-laba mempunyai arti penting dalam rantai makanan. Laba-laba juga memiliki peran dalam pertanian, perkebunan, dan perumahan, yaitu untuk melindungi dari serangga-serangga perusak (Koneri dan saroyo, 2015). Kehadiran laba-laba pada suatu ekosistem sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban, angin, dan intensitas cahaya. Faktor biologis, seperti tipe vegetasi, ketersediaan makanan, pesaing, dan musuh-musuhnya merupakan faktor-faktor yang membatasi kehadiran laba-laba pada suatu ekosistem. Tingginya kelimpahan laba-laba pada perkebunan disebabkan oleh melimpahnya serangga hama yang berada di daerah tersebut (Kuniawan dkk 2014).
Karapas laba-laba spesies Nephila bewarna kuning kehitaman. Panjang total 51,23 cm, panjang karapas 9 cm, lebar karapas 6 cm, panjang abdomen 42,13 cm, lebar abdomen 14,22 cm. Epigynum Nephila berbentuk silinder memanjang, abdomen Nephila bewarna abu-abu kekuningan dengan panjang total rasio lima kali lebih panjang dari panjang karapas. Genera ini memiliki empat pasang kaki yang terletak pada bagian cephalothorax (Tabel 1). Struktur spineret membulat, berhimpit di ujung abdomen. Laba-laba merupakan kelompok Arthropoda yang mampu beradaptasi di berbagai habitat namun sangat sensitif terhadap gangguan yang terjadi di lingkungannya. Laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu ekstrim, kelembaban tinggi, intensitas cahaya rendah, kecepatan angin rendah, dan menghindari areal perkebunan yang menggunakan pestisida (Kuniawan dkk 2014).
L. vannamei ini berwarna putih kemerahan dengan tekstur lunak pada abdomen dan keras pada carapace. Sama seperti spesies lainnya yang bersimetri billateral, juga memiliki 5 pasang pleopods dan 5 pasang pereopods. Spesies ini  memiliki panjang tubuh 6 cm sedangkan lebar tubuh  0,8 cm. Tubuh udang vennamei (Litopenaeus vannamei) dibagi menjadi dua bagian, yaitu sefalotoraks dan abdomen, yang pertama tertutup dengan tameng keras (carapace) yang menjulur ke depan di antara dua mata. chephaloptorax dan abdomen terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas, dimana masing-masing segmen tersebut memiliki anggota badan yang mempunyai fungsi masing-masing. Penujuluran tameng itu disebut rastrum. Tiga belas pasang pertama alat tambahan dan mata bertaut dengan sefalatoraks. Enam alat tambahan lainnya bertaut dengan abdomen, dan masing-masing berakhir sebagai telson (sirip horisontal). Abdomen dibagi menjadi segmen-segmen, di sebelah dorsal dan di sebelah lateralnya masing-masing dilindungi oleh suatu skeleton yang bercabang. Skeleton dibagi menjadi dua: sebuah tergit (dorsal) dan dua buah pleura (lateral). Di sebelah ventral tiap segmen abdomen terdapat papan yang disebut sternit. Alat tambahan pada udang selain mata, merupakan modifikasi dari tipe biramus.
Alat tambahan itu terdiri dari protopodet (proksimal) dan dua cabang distal yang disebut endopodet (cabang-cabang dalam) dan eksopodet (cabang luar). Protopodet, endopodet dan eksopodet itu masing-masing dapat bermodifikasi sehingga tereduksi menjadi berbagai macam, sesuai dengan alat tambahan yang semuanya ada 19 pasang. Udang mempunyai selom, tetapi sebagian besar ditempati oleh organ-organ tubuh. Selom pada udang adalah hemosoel yang merupakan bagian dari sistem peredaran darah (Syafrudin, 2016).

SIMPULAN
Berdasarkan pengamatan empat spesies Artropoda yaitu  spesies Junonia iphita,  spesies Locusta migratoria untuk kelas Insekta, spesies Nephila sp untuk kelas Arachnidae dan spesiesLitopenaeus vannamei untuk kelas Crustaceae. Setiap spesies memiliki karakter morfologi yang berbeda sesuai dengan ciri khusus pada kelasnya, dan menjadi pembeda. Pada setiap spesies yang diamati memiliki ciri tubuh bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang  kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks(dada), dan abdomen (perut). Mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Eksoskeleton tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel kulit. eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat. Eksoskeleton terdiri dari lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan tubuh.


DAFTAR PUSTAKA

Campbel, 2008. Biology Edisi 8  Jilid 2. Jakarta:Erlangga  
Febrita Elya dkk. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu (Subordo Rhopalocera) Di Kawasan Wisata        Hapanasan Rokan Hulu Sebagai Sumber Belajar Pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Jurnal Biogenesis, Vol. 10, Nomor 2, Februari 2014
Ferdinan, Aditya. 2017. Karakteristik Komunitas Belalang Pada Beberapa Vegetasi Di Lampung                        Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung.
Koneri, roni dan Saroyo. Struktur Komunitas Laba-Laba (Arachnida: Araneae) di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara. Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722. November 2015, Vol. 12 No. 3, 149–157. 
Kurniawan, Cahyadi dkk. Eksplorasi Laba-laba (Araneae) di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang. Protobiont 2014 Vol 3 (2): 218 - 224
Suwignyo S. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya.

Syafrudin. 2016. Identifikasi Jenis Udang (Crustacea) di Daerah Aliran Sungai (Das) Kahayan Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya Fakultastarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Mipa Prodi Tadris biologi 1438 H/2016 M
Teguh Heni Sulistyani. 2013. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di            Kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kabupaten Batang. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Utami, Eka Nurlaila. Komunitas Kupu-Kupu (Ordo Lepidoptera : Papilionoidae) di Kamous Universitas         Indonesia Depok, Jawa Barat. Skiripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi Depok. Januari 2012.

                                                       





Laporan Praktikum Taksonomi Hewan Karakteristik Aves

Identifikasi Karakter Morfologi Lonchura punctulata (Bondol Peking) dan Bulu Unggas Kiki Rofiqoh Tadris Biologi, FTIK, IAIN J...