Senin, 09 April 2018

laporan praktikum Identifikasi Morfologi Spesies Hirudo medicinalis, Ascaris lumbicoides dan Fasciola hepatica



Identifikasi Karakter Morfologi
Spesies Hirudo medicinalis , Ascaris lumbicoides dan Fasciola hepatica

Kiki Rofiqoh
Tadris Biologi, FTIK, IAIN Jember
NIM: T20158038
ABSTRAK
            Di sekitar kita banyak terdapat jenis cacing-cacingan, salah satunya anggota filum Annelida, Nematodan dan Platyhelmintes. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui morfologi dan identifikasi dari spesies filum Annelida, Nematoda dan Platyhelmintes. Praktikum dilakukan di laboratorium IAIN Jember. Dengan pada filum Annelida yang merupakan jenis cacing yang sering kita temui salah satunya yaitu Hirudo seminalis atau lintah air tawar, spesies Ascaris lumbioides  untuk filum Nematoda dan Fasciola hepatica untuk spesies dari filum Platyhelmintes. Dari pengamtan tersebut diperoleh hasil Hirudo medinalis tubuhnya bulat dan memanjang, Kepala tidak begitu jelas, mulut di bagian ujung anterior dikelilingi oleh sucker anterior sementara anus dikelilingi oleh sucker posterior.  Panjang tubuhnya 9 cm sedangkan lebarnya 2 cm, dengan warna coklat kehitaman dan bersimetri billateral. Panjang tubuh Ascaris lumbicoides dapat mencapai 23 cm dengan lebar 0,5 cm. Cacing jantan lebih kecil dibandingkan dengan cacing betinanya dengan ujung ekor melengkung yang disebut cloaca, sementara cacing betina lurus dan meruncing di ujung ventralnya.   Fasciola hepatica merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral, dan tubuhnya pipih  secara dorsoventral. Bentuk tubuhnya bervariasi, yang  berbentuk pipih memanjang, pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh  bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa milimeter hingga  berukuran panjang 18 meter dan lebar 0,7 cm. Cacing ini pipih berwarna  putih pucat. Sementara yang hidup bebas ada yang berwarna coklat, abu abu, hitam atau berwarna cerah. Ujung anterior tubuh berupa kepala.
Kata kunci: Annelida/Platyhelmintes/ Nematoda /Hirudo s/ A. lumbicoides/Fasciola hepatica


PENDAHULUAN

            Lintah termasuk dalam Filum Annelida, kelas Hirudenea yang memiliki anti koagulan di dalam air liur lintah yang disebut dengan Hirudin. Lintah merupakan organisme yang masih dapat ditemukan pada lingkungan yang tercemar, sehingga termasuk ke dalam organisme toleran. Umumnya spesies lintah dapat ditemukan pada habitat eutrofik, poly-saprobic, dan lingkungan yang mengalami tekanan menengah maupun tekanan yang tinggi (Widaswara dkk, 2012). Annelida berasal dari kata “Annulus” yang berarti cincin. Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen. Salah satu spesies dari Annelida yaitu Lintah merupakan organisme yang masih dapat ditemukan pada lingkungan yang tercemar, sehingga termasuk ke dalam organisme toleran. Umumnya spesies lintah dapat ditemukan pada habitat eutrofik, poly-saprobic, dan lingkungan yang mengalami tekanan menengah maupun tekanan yang tinggi (Kusnadi, 2015).
Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga yang bersifat parasit pada vertebrata. Annelida di samping tubuhnya bersegment-segmen, juga tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis; sudah mempunyai sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan sudah ada rongga badan atau celom (Radiopoetro, 1996)
Tanda-tanda karakteristik filum Annelida yaitu: 1) Bilateral; simetris; tubuh panjang dan jelas bersegmen-segmen, 2) Adanya alat gerak yan berupa bulu-bulu kaku (setae) pada tiap segmen (tidak terdapat pada beberapa bentuk), 3) Badan tertutup oleh kutikula yang licin, 4) Dinding badan dan traktus digestivus dengan lapisan otot sirkuler dan longitudinal, 5) Traktus digestivus lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu badan, 6) Sistem kardiovaskular adalah sistem tertutup, pe,mbuluh-pembuluh darah membujur, 7) Respirasi dengan kulit, 8) Organ eksresi terdiri atas sepasang nephridia pada tiap segment, 9) Sistem pusat terdiri atas sepasang ganglia cerebrales pada ujung dorsal otak, 10) Kebanyakan bersifat hermaphrodit dan perkembangan secara langsung (Radiopoetro,1996)
Cacing Ascaris lumbricoides merupakan golongan nematoda. Nematoda berasal  dari kata nematos yang berarti benang dan oidos yang berarti bentuk, sehingga cacing ini sering disebut cacing gilik ataupun cacing gelang. Nematoda itu sendiri  dibagi menjadi 2 jenis yakni nematoda usus dan nematoda jaringan. Manusia merupakan hospes untuk beberapa nematoda usus yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara nematoda usus yang ada terdapat beberapa spesies yang membutuhkan tanah untuk pematangannya dari bentuk non infektif menjadi bentuk infektif yang disebut Soil Transmitted Helminths (STH) (pendahuluan). Ascaris lumbicoides merupakan cacing usus yang ditemukan di usus babi di pasar Tanjung Jember.
A. lumbricoides merupakan jenis cacing terbanyak yang menyebabkan infeksi pada manusia. Angka kejadian infeksi A.lumbricoides ini cukup tinggi di negara berkembang seperti Indonesia dibandingkan dengan negara maju. Tingginyaangka kejadian Ascariasis ini terutama disebabkan oleh karena banyaknya telur disertai dengan daya tahan larva cacing pada keadaan tanah kondusif. Parasit ini lebih banyak ditemukan pada tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu 25°- 30°C sehingga sangat baik untuk menunjang perkembangan telur cacing A.lumbricoides tersebut. Telur A. lumbricoides mudah mati pada suhu diatas 40° C sedangkan dalam suhu dingin tidak mempengaruhinya. Telur cacing tersebut tahan terhadap desinfektan dan rendaman yang bersifat sementara pada berbagai  bahan kimiawi keras (Syahria, 2016).
Anggota Platyhelminthes mempunyai  tubuh yang pipih dan simetris bilateral. Tubuh lunak dan sistem peredaran darah masih sederhana. Sistem eksresi yang utama adalah sel frame dan tergabung ke dalam tubulus. Reproduksi secara aseksual, testis dan ovarium terdapat di dalam satu tubuh namun tidak dapat membuahi dengan sendirinya di dalam satu tubuh. Cacing pipih yang hidup sebagai parasit biasanya memiliki lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat penghisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel (Kamal 2012: 13).
Platyhelminthes tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (aselomata). Fascioloa hepatica yang termasuk kelas Trematoda bersifat parasit (Rusyana, 2011). Hidup di tempat yang lembab pada hati ruminansia. Kelas trematoda biasanya memiliki penghisap yang melekat ke organ-organ internal atau permukaan luar dari hewan inang. Lapisan luar yang kuat membantu melindungi parasit di dalam inangnya. Treamtoda yang hidup sebagai parasit pada banyak inang, dan sebegaian besar spesies memiliki siklus hidup yang kompleks dengan pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Banyak trematoda memerlukan inang perantara, tempat larva berkembang sebelum menginfeksi inang akhir, tempat cacing dewasa hidup (Campbell, 2008).
Cacing pipih dinamai demikian karena mereka memiliki tubuh kurus yang memipih secara dorsoventral (antara permukaan dorsal dan ventral); Platyhelminth berarti cacing pipih. Tubuhnya yang pipih menempatkan semua sel-selnya dekat dengan air di lingkungan sekitar atau di dalam saluran pencernaannya. Karena kedekatannya dengan air, pertukaran gas dan pembuangan zat bisa  bernitrogen (amonia) dapat terjadi melalui difusi menyeberangi permukaan tubuh. Cacing pipih tidak memiliki organ yang terspesialisasi untuk  pertukaran gas, dan apparatus ekskresinya yang relatif sederhana terutama  berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan osmotik dengan lingkungannya. Aparatus terdiri atas protonefridia ( protonephridia), jejaring tubula dengan struktur bersilia disebut sebagai sel api ( flame bulb) yang menarik cairan melalui saluran bercabang-cabang yang membuka keluar. Kebanyakan cacing pipih memiliki rongga gastrovaskular dengan hanya satu  bukaan. Meskipun cacing pipih tidak memiliki system sirkulasi, cabang-cabang rongga gastrovaskular yang halus mengedarkan makanan secara langsung ke sel-sel hewan (Campbell, 2008).
Untuk mengetahui karakter morfologi spesies Hirudo medicinalis , Ascaris lumbicoides dan Fasciola hepatica, maka kami melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi spesies yang dapat kita temukan di lingkungan kita.

METODE PENELITIAN
Praktikum yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi  Spesies Hirudo medicinalis , Ascaris lumbicoides dan Fasciola hepatica ” dilaksanakan di laboratorium terpadu IAIN Jember pada hari Senin tanggal 26 Maret 2018 untuk pengambilan sampling yang bertempat di daerah pasar Tanjung Jember untuk spesies Ascaris lumbicoides, RPH Sumbersari untuk pengambilan sampel Fasciola hepatica dan beli di dosen Pak Bani untuk sampel Hirudo medicinalis.
Alat-alat yang kami gunakan pada saat praktikum antara lain: alat seksi, papan seksi, kaca pembesar (loup), buku identifikasi, lembar pengamatan dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang kami gunakan berupa spesies cacing usus (Ascaris lumbicoides), cacing hati (Fasciola hepatica) dan lintah (Hirudo medicinalis).
Prosedur kerja pada saat pengamatan spesies terdiri dari bebrapa tahap yaitu, tahap pertama, menyiapkan alat dan bahan, kedua, meletakkan spesies di atas papan seksi. ketiga, mengamati spesimen dengan kaca pembesar (loup) dan segmen, serta bagain-bagiannya. Setelah semua teramati, kemudian  mencatat karakter morfologi yang meliputi bentuk tubuh, warna tubuh, simetri tubuh, daerah posterior dan anterior, panjang lebar tubuh serta pembeda antara spesies jantan dan betina. Menggambarkan secara skematis spesies yang diamati beserta keterangannya. Lalu menulis klasifikasinya serta menganalisis hasil pengamatan.

HASIL
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi
Spesies Hirudo medicinalis , Ascaris lumbicoides dan Fasciola hepatica” diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Pengamatan morfologi Annelida
Hirudo medinalis
Lokasi: Beli di Dosen Pak Bani
Gambar
Keterangan

Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Annelida
Kelas: Clitellata
Subclass: Hirudenea
Ordo: Arhyachobcellae
Famili: Hirudenea
Genus: Hirudo
Spesies: Hirudo medinalis

Bagian-bagian tubuh:
  1. Anus
  2. Posterior Sucker
  3. Anterior Sucker
  4. Mulut
  5. Nefridiphore
  6. Segmen


Tabel 2. Pengamatan Spesies Nematoda
Ascaris lumbicoides
Lokasi: Pasar Tanjung pada Usus Babi
Gambar
Keterangan

Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Nematoda
Kelas: Chromodorea
Sub kelas :  Secernentea
Ordo : Ascaridida
Superfamili : Ascaridoidea
Famili : Ascarididae
Genus: Ascaris
Spesies: Ascaris lumbicoides

Bagian-bagian tubuh
  1. mulut (anterior)
  2. anus (posterior)
  3. cloaca
  4. kutikula
  5. male
  6. female



Tabel 3. Pengamatan Spesies Platyhelmintes
Fasciola hepatica
Lokasi: RPH Sumbersari pada Hati Ruminansia
Gambar
Keterangan






Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Platyhelmintes
Kelas: Trematoda
Ordo: Echinostomeda
Famili: Fascioladae
Genus: Fasciola
Spesies : Fasciola hepatica

Bagian-Bagian Tubuh
  1. Anus (Anterior)
  2. Posterior




Tabel 4. Ciri-ciri morfologi
Ciri-ciri Morfologi
Annelida
Nematoda
Hirodo seminalis
Ascaris lumbicoides
Bentuk tubuh : tidak memiliki setae dan parapodia
Daerah posterior dan anterior : terlihat terdapat sucker
Posterior : anus
Anterior : mulut
Warna tubuh : hitam kecoklatan
Simetri tubuh : billateral
Ukuran tubuh : P, 9 cm dan L, 2 cm
Segmen tubuh : 32 segmen dengan 2-4 anulus

Bentuk tubuh : panjang, silindris, runcing di ujung ventral, terdapat kutikula, dan tidak bersegmen
Daerah posterior dan anterior : terlihat
Posterior : anus
Anterior : mulut
Warna tubuh : kuning pucat
Simetri tubuh : billateral
Ukuran tubuh : P, 23 cm dan L, 0,5 cm
Male : ventral runcing
Female : cloaca
Platyhelmintes
Fasciola hepatica
Bentuk tubuh : pipih
Daerah posterior dan anterior : terlihat tidak terdapat sucker
Posterior : anus
Anterior : mulut
Warna tubuh : putih pucat
Simetri tubuh : billateral
Ukuran tubuh : P, 18 cm dan L, 0,7 cm
Berat : 0,1 gr



Tabel 5. Dendogram  
Dendogram

PEMBAHASAN


Dari pengamatan yang diperoleh dilihat pada gambar dan tabel, dapat dibedekan antara setiap spesies ciri morfologi tiap filum, yaitu segmen dan nefridiophore pada annelida, runcing di ujung ventral pada nematoda dan pipih pada platyhelmintes. Pada annelida yaitu Hirudo medinalis tubuhnya bulat dan memanjang, Kepala tidak begitu jelas, mulut di bagian ujung anterior dikelilingi oleh sucker anterior sementara anus dikelilingi oleh sucker posterior.  Prostomium dapat digerakan keluar masuk bagian mulut. Jumlah 32 segmen dengan 2-4 anulus. Merupakan hewan berumah satu, tidak dapat melakukan pembuahan sendiri.
Bentuk tubuh Hirudo medinalis ini bersegmen namun tidak memiliki setae dan parapodia. Panjang tubuhnya 9 cm sedangkan lebarnya 2 cm, dengan warna coklat kehitaman dan bersimetri billateral. Hirudo medinalis termasuk merupakan lintah air, oleh karenanya kualitas perairan berpengaruh langsung terhadap organisme yang hidup di dalamnya. Lintah menetap di suatu substrat sehingga keberadaan ataupun ketidak beradaannya dapat memberikan gambaran kondisi perairan tempat hidupnya. Lintah merupakan organisme yang masih dapat ditemukan pada lingkungan yang tercemar, sehingga termasuk ke dalam organisme toleran. Umumnya spesies lintah dapat ditemukan pada habitat eutrofik, poly-saprobic, dan lingkungan yang mengalami tekanan menengah maupun tekanan yang tinggi (Kusnandi, 2015).
Panjang tubuh Ascaris lumbicoides dapat mencapai 23 cm dengan lebar 0,5 cm. Cacing jantan lebih kecil dibandingkan dengan cacing betinanya dengan ujung ekor melengkung yang disebut cloaca, sementara cacing betina lurus dan meruncing di ujung ventralnya.  Tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal dan elastis dengan 4 buah garis memanjang yang terdapat di sepanjang tubuhnya (1 dorsal, 1 ventral, 2 lateral). Di bagian anterior terdapat mulut dengan 3 buah bibir  (1 bibir dorsal dan 2 bibir ventrolateral) dan masingmasing bibir memiliki papilla (Sutarno, ). Merupakan hewan berumah dua, fertilisasi internal. Simetri tubuh cacing ini bersimetri billateral.
Fasciola hepatica merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral, dan tubuhnya pipih  secara dorsoventral. Bentuk tubuhnya bervariasi, yang  berbentuk pipih memanjang, pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh  bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa milimeter hingga  berukuran panjang 18 meter dan lebar 0,7 cm. Cacing ini pipih berwarna  putih pucat. Sementara yang hidup bebas ada yang berwarna coklat, abu abu, hitam atau berwarna cerah. Ujung anterior tubuh berupa kepala. Struktur tubuh yang tripoblastik yang terdiri atas lapisan ektoderm (tipis, mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar, dilapisi kutikula yang berfungsi melindungi jaringan dibawahnya dan cairan hospes) lapisan endoderm (melapisi saluran pencernaan),  lapisan mesoderm (jaringan yang membentuk otot, alat eksresi saluran reproduksi) (Kastawi, 2001).
Fasciola hepatica berbentuk pipih seperti daun tanpa rongga tubuh. Telur cacing hati berbentuk oval, berdinding halus dan tipis berwarna kuning dan bersifat sangat permiabel, memiliki operkulum  pada salah satu kutubnya. Operkulum merupakan daun pintu  telur yang terbuka pada saat telur akan menetas dan larva miracidium yang bersilia dibebaskan. Fasciola  hepatica ini mempunyai ciri-ciri: batil isap mulut dan kepala yang letaknya berdekatan, divertikulum usus, alat kelamin jantan (testis) yang bercabang-cabang dan berlobus. Sedangkan  alat kelamin betina mempunyai kelenjar vitellaria yang memenuhi sisi lateral tubuh. Memiliki sebuah  pharing dan oesphagus yang pendek, uterus pendek dan bercabang- cabang (Sayuti, 2007).
Infeksi cacing hati merupakan salah satu parasit penting pada ruminansia besar di Indonesia. Maka dari itu kita menemukan cacing ini oada hati Ruminansia, sesuai dengan (Sayuti, 2007), yang menyatakan bahwa, tingkat prevalensi penyebaran cacing hati (Fasciola spp) pada ternak masih menunjukkan angka-angka yang tinggi, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi penyebaran Fasciola spp di beberapa negara menurut FAO (2007), sebagai berikut: Indonesia mencapai 14%-28%, Philipina 18%-59%, Thailand 75%, Pakistan 50%-58%, Nigeria 60%-72%, Afrika utara 43%-50%, Brasil 50%-61%, Mexico 74%. Prevalensi Fasciola spp di Peru pada tahun 1999 18,18%-31,3%.


SIMPULAN
Berdasarkan pengamatan beberapa spesies Identifikasi Karakter Morfologi  Spesies Hirudo medicinalis , Ascaris lumbicoides dan Fasciola hepatica diperoleh ciri morfologi pada annelida yaitu Hirudo medinalis tubuhnya bulat dan memanjang, Kepala tidak begitu jelas, mulut di bagian ujung anterior dikelilingi oleh sucker anterior sementara anus dikelilingi oleh sucker posterior.  Prostomium dapat digerakan keluar masuk bagian mulut. Jumlah 32 segmen dengan 2-4 anulus. Merupakan hewan berumah satu, tidak dapat melakukan pembuahan sendiri. Bentuk tubuh Hirudo medinalis ini bersegmen namun tidak memiliki setae dan parapodia. Panjang tubuhnya 9 cm sedangkan lebarnya 2 cm, dengan warna coklat kehitaman dan bersimetri billateral.
Sedangkan pada Panjang tubuh Ascaris lumbicoides dapat mencapai 23 cm dengan lebar 0,5 cm. Cacing jantan lebih kecil dibandingkan dengan cacing betinanya dengan ujung ekor melengkung yang disebut cloaca, sementara cacing betina lurus dan meruncing di ujung ventralnya.  Tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal dan elastis dengan 4 buah garis memanjang yang terdapat di sepanjang tubuhnya (1 dorsal, 1 ventral, 2 lateral). Di bagian anterior terdapat mulut dengan 3 buah bibir  (1 bibir dorsal dan 2 bibir ventrolateral) dan masingmasing bibir memiliki papilla (Sutarno, ). Merupakan hewan berumah dua, fertilisasi internal. Simetri tubuh cacing ini bersimetri billateral.
Fasciola hepatica berbentuk pipih seperti daun tanpa rongga tubuh. Telur cacing hati berbentuk oval, berdinding halus dan tipis berwarna kuning dan bersifat sangat permiabel, memiliki operkulum  pada salah satu kutubnya.



DAFTAR PUSTAKA

Campbel, 2008. Biology Edisi 8  Jilid 2. Jakarta:Erlangga         
Kastawi,Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang
Kamal, Mustafa. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan. MIPA UNSRI. Inderalaya

Kusnadi, Agus. 2015. Struktur Komunitas Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran Sungai Ancar Kota Mataram Dan Upaya Pembuatan Poster Untuk Pendidikan Masyarakat Tahun 2013. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015.

Radiopoetro. 1996. Zoologi . Jakarta : Erlangga
Rasidi, Pembenihan Cacing Laut Dendronereis Pinnaticirris: Suatu Upaya Awal Penyediaan           Benih Cacing     Laut Untuk Budidaya. Media Akuakultur Volume 7 Nomor 2 Tahun         2012.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta
Sayuti, Linda. 2007. Kejadian Infeksi Cacing Hati (Fasciola Spp) Pada Sapi Bali Di Kabupaten Karangasem, Bali. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Syahria S, 2016. Pendahuluan scholar.unand.ac.id.
Widaswara, Herlin dkk. Pengaruh Terapi Lintah Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Terapi Lintah Medis Purba Kawedusan Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Praktikum Taksonomi Hewan Karakteristik Aves

Identifikasi Karakter Morfologi Lonchura punctulata (Bondol Peking) dan Bulu Unggas Kiki Rofiqoh Tadris Biologi, FTIK, IAIN J...