Identifikasi Karakter Morfologi
Spesies Hirudo medicinalis , Ascaris lumbicoides dan Fasciola
hepatica
Kiki Rofiqoh
Tadris Biologi, FTIK, IAIN Jember
NIM:
T20158038
ABSTRAK
Di
sekitar kita banyak terdapat jenis cacing-cacingan, salah satunya anggota filum
Annelida, Nematodan dan Platyhelmintes. Praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui morfologi dan identifikasi dari spesies filum Annelida, Nematoda dan
Platyhelmintes. Praktikum dilakukan di laboratorium IAIN Jember. Dengan pada filum
Annelida yang merupakan jenis cacing yang sering kita temui salah satunya yaitu
Hirudo seminalis atau lintah air
tawar, spesies Ascaris lumbioides untuk filum Nematoda dan Fasciola hepatica untuk spesies dari filum Platyhelmintes. Dari pengamtan
tersebut diperoleh hasil Hirudo medinalis tubuhnya bulat dan memanjang, Kepala tidak begitu
jelas, mulut di bagian ujung anterior dikelilingi oleh sucker anterior
sementara anus dikelilingi oleh sucker posterior. Panjang tubuhnya
9 cm sedangkan lebarnya 2 cm, dengan warna coklat kehitaman dan bersimetri
billateral. Panjang tubuh Ascaris lumbicoides dapat mencapai 23 cm
dengan lebar 0,5 cm. Cacing jantan lebih kecil dibandingkan dengan cacing
betinanya dengan ujung ekor melengkung yang disebut cloaca, sementara cacing
betina lurus dan meruncing di ujung ventralnya.
Fasciola hepatica merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral, dan
tubuhnya pipih secara
dorsoventral. Bentuk tubuhnya bervariasi, yang berbentuk pipih memanjang,
pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak
mikroskopis beberapa milimeter hingga berukuran panjang 18 meter dan
lebar 0,7 cm. Cacing ini pipih berwarna putih pucat. Sementara yang hidup
bebas ada yang berwarna coklat, abu abu, hitam atau berwarna cerah. Ujung
anterior tubuh berupa kepala.
Kata kunci: Annelida/Platyhelmintes/
Nematoda /Hirudo s/ A.
lumbicoides/Fasciola hepatica
PENDAHULUAN
Lintah termasuk dalam Filum Annelida, kelas Hirudenea yang memiliki anti
koagulan di dalam air liur lintah yang disebut dengan Hirudin. Lintah merupakan
organisme yang masih dapat ditemukan pada lingkungan yang tercemar, sehingga
termasuk ke dalam organisme toleran. Umumnya spesies lintah dapat ditemukan
pada habitat eutrofik, poly-saprobic, dan lingkungan yang mengalami tekanan
menengah maupun tekanan yang tinggi (Widaswara dkk, 2012).
Annelida berasal dari kata “Annulus” yang berarti cincin. Tubuh hewan
ini terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen. Salah satu spesies dari
Annelida yaitu Lintah merupakan organisme yang masih dapat ditemukan pada
lingkungan yang tercemar, sehingga termasuk ke dalam organisme toleran. Umumnya
spesies lintah dapat ditemukan pada habitat eutrofik, poly-saprobic, dan
lingkungan yang mengalami tekanan menengah maupun tekanan yang tinggi (Kusnadi, 2015).
Pada
umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat
komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga yang bersifat parasit pada
vertebrata. Annelida di samping tubuhnya bersegment-segmen, juga tertutup oleh
kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis; sudah mempunyai sistem
nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan sudah ada rongga badan atau celom
(Radiopoetro, 1996)
Tanda-tanda
karakteristik filum Annelida yaitu: 1) Bilateral; simetris; tubuh panjang dan
jelas bersegmen-segmen, 2) Adanya alat gerak yan berupa bulu-bulu kaku (setae)
pada tiap segmen (tidak terdapat pada beberapa bentuk), 3) Badan tertutup oleh
kutikula yang licin, 4) Dinding badan dan traktus digestivus dengan lapisan
otot sirkuler dan longitudinal, 5) Traktus digestivus lengkap, tubuler,
memanjang sesuai dengan sumbu badan, 6) Sistem kardiovaskular adalah sistem
tertutup, pe,mbuluh-pembuluh darah membujur, 7) Respirasi dengan kulit, 8)
Organ eksresi terdiri atas sepasang nephridia pada tiap segment, 9) Sistem
pusat terdiri atas sepasang ganglia cerebrales pada ujung dorsal otak, 10)
Kebanyakan bersifat hermaphrodit dan perkembangan secara langsung
(Radiopoetro,1996)
Cacing Ascaris lumbricoides merupakan golongan nematoda. Nematoda
berasal dari kata nematos yang berarti
benang dan oidos yang berarti bentuk, sehingga cacing ini sering disebut cacing
gilik ataupun cacing gelang. Nematoda itu sendiri dibagi menjadi 2 jenis yakni nematoda usus dan
nematoda jaringan. Manusia merupakan hospes untuk beberapa nematoda usus yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara nematoda
usus yang ada terdapat beberapa spesies yang membutuhkan tanah untuk
pematangannya dari bentuk non infektif menjadi bentuk infektif yang disebut
Soil Transmitted Helminths (STH) (pendahuluan). Ascaris lumbicoides merupakan cacing usus yang ditemukan di usus babi
di pasar Tanjung Jember.
A. lumbricoides merupakan jenis cacing terbanyak yang menyebabkan infeksi pada
manusia. Angka kejadian infeksi A.lumbricoides ini cukup tinggi di negara berkembang
seperti Indonesia dibandingkan dengan negara maju. Tingginyaangka kejadian
Ascariasis ini terutama disebabkan oleh karena banyaknya telur disertai dengan
daya tahan larva cacing pada keadaan tanah kondusif. Parasit ini lebih banyak
ditemukan pada tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu 25°- 30°C sehingga
sangat baik untuk menunjang perkembangan telur cacing A.lumbricoides tersebut. Telur
A. lumbricoides mudah mati pada suhu diatas 40° C sedangkan dalam suhu dingin
tidak mempengaruhinya. Telur cacing tersebut tahan terhadap desinfektan dan
rendaman yang bersifat sementara pada berbagai
bahan kimiawi keras (Syahria, 2016).
Anggota Platyhelminthes mempunyai tubuh yang pipih dan simetris bilateral.
Tubuh lunak dan sistem peredaran darah masih sederhana. Sistem eksresi yang
utama adalah sel frame dan tergabung ke dalam tubulus. Reproduksi secara
aseksual, testis dan ovarium terdapat di dalam satu tubuh namun tidak dapat
membuahi dengan sendirinya di dalam satu tubuh. Cacing pipih yang hidup sebagai
parasit biasanya memiliki lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah
dewasa. Hewan ini mempunyai alat penghisap yang mungkin disertai dengan kait
untuk menempel (Kamal 2012: 13).
Platyhelminthes tidak mempunyai
rongga tubuh yang sebenarnya (aselomata). Fascioloa
hepatica yang termasuk kelas Trematoda bersifat parasit (Rusyana, 2011). Hidup
di tempat yang lembab pada hati ruminansia. Kelas trematoda biasanya memiliki
penghisap yang melekat ke organ-organ internal atau permukaan luar dari hewan
inang. Lapisan luar yang kuat membantu melindungi parasit di dalam inangnya.
Treamtoda yang hidup sebagai parasit pada banyak inang, dan sebegaian besar
spesies memiliki siklus hidup yang kompleks dengan pergiliran keturunan seksual
dan aseksual. Banyak trematoda memerlukan inang perantara, tempat larva
berkembang sebelum menginfeksi inang akhir, tempat cacing dewasa hidup
(Campbell, 2008).
Cacing pipih dinamai demikian karena
mereka memiliki tubuh kurus yang memipih secara dorsoventral (antara permukaan
dorsal dan ventral); Platyhelminth berarti cacing pipih. Tubuhnya yang pipih
menempatkan semua sel-selnya dekat dengan air di lingkungan sekitar atau di
dalam saluran pencernaannya. Karena kedekatannya dengan air, pertukaran gas dan
pembuangan zat bisa bernitrogen (amonia) dapat terjadi melalui difusi
menyeberangi permukaan tubuh. Cacing pipih tidak memiliki organ yang
terspesialisasi untuk pertukaran gas, dan apparatus ekskresinya yang
relatif sederhana terutama berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik dengan lingkungannya. Aparatus terdiri atas protonefridia
( protonephridia), jejaring tubula dengan struktur bersilia disebut
sebagai sel api ( flame bulb) yang menarik
cairan melalui saluran bercabang-cabang yang membuka keluar. Kebanyakan cacing
pipih memiliki rongga gastrovaskular dengan hanya satu bukaan. Meskipun
cacing pipih tidak memiliki system sirkulasi, cabang-cabang rongga
gastrovaskular yang halus mengedarkan makanan secara langsung ke sel-sel hewan
(Campbell, 2008).
Untuk mengetahui karakter morfologi spesies Hirudo medicinalis , Ascaris
lumbicoides dan Fasciola hepatica, maka kami melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi
spesies yang dapat kita temukan di lingkungan kita.
METODE
PENELITIAN
Praktikum yang kami lakukan tentang “Identifikasi
Karakter Morfologi Spesies Hirudo medicinalis , Ascaris
lumbicoides dan Fasciola hepatica ” dilaksanakan di laboratorium terpadu IAIN Jember pada
hari Senin tanggal 26 Maret 2018 untuk pengambilan sampling yang bertempat di
daerah pasar Tanjung Jember untuk spesies Ascaris
lumbicoides, RPH Sumbersari untuk pengambilan sampel Fasciola hepatica dan beli di dosen Pak Bani untuk sampel Hirudo medicinalis.
Alat-alat yang
kami gunakan pada saat praktikum antara lain: alat seksi, papan seksi, kaca
pembesar (loup), buku identifikasi, lembar pengamatan dan alat tulis. Sedangkan
bahan-bahan yang kami gunakan berupa spesies cacing usus (Ascaris lumbicoides), cacing hati (Fasciola hepatica) dan lintah (Hirudo
medicinalis).
Prosedur kerja pada saat pengamatan spesies
terdiri dari bebrapa tahap yaitu, tahap pertama, menyiapkan alat dan bahan,
kedua, meletakkan spesies di atas papan seksi. ketiga, mengamati spesimen
dengan kaca pembesar (loup) dan segmen, serta bagain-bagiannya. Setelah semua
teramati, kemudian mencatat karakter
morfologi yang meliputi bentuk tubuh, warna tubuh, simetri tubuh, daerah
posterior dan anterior, panjang lebar tubuh serta pembeda antara spesies jantan
dan betina. Menggambarkan secara skematis spesies yang diamati beserta
keterangannya. Lalu menulis klasifikasinya serta menganalisis hasil pengamatan.
HASIL
Berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi
Spesies Hirudo medicinalis , Ascaris lumbicoides dan Fasciola
hepatica”
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan morfologi Annelida
Hirudo medinalis
Lokasi:
Beli di Dosen Pak Bani
|
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Annelida
Kelas: Clitellata
Subclass: Hirudenea
Ordo: Arhyachobcellae
Famili: Hirudenea
Genus: Hirudo
Spesies: Hirudo
medinalis
Bagian-bagian
tubuh:
|
Tabel 2. Pengamatan Spesies Nematoda
Ascaris
lumbicoides
Lokasi:
Pasar Tanjung pada Usus Babi
|
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Nematoda
Kelas: Chromodorea
Sub kelas : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Superfamili :
Ascaridoidea
Famili :
Ascarididae
Genus: Ascaris
Spesies: Ascaris
lumbicoides
Bagian-bagian tubuh
|
Tabel 3. Pengamatan Spesies Platyhelmintes
Fasciola hepatica
Lokasi:
RPH Sumbersari
pada Hati Ruminansia
|
|
Gambar
|
Keterangan
|
Klasifikasi:
Kingdom:
Animalia
Filum:
Platyhelmintes
Kelas:
Trematoda
Ordo:
Echinostomeda
Famili:
Fascioladae
Genus:
Fasciola
Spesies : Fasciola hepatica
Bagian-Bagian
Tubuh
|
Tabel 4. Ciri-ciri morfologi
Ciri-ciri Morfologi
|
|
Annelida
|
Nematoda
|
Hirodo seminalis
|
Ascaris lumbicoides
|
Bentuk
tubuh : tidak memiliki setae dan parapodia
Daerah
posterior dan anterior : terlihat terdapat sucker
Posterior
: anus
Anterior
: mulut
Warna
tubuh : hitam kecoklatan
Simetri
tubuh : billateral
Ukuran
tubuh : P, 9 cm dan L, 2 cm
Segmen
tubuh : 32 segmen dengan 2-4 anulus
|
Bentuk
tubuh : panjang, silindris, runcing di ujung ventral, terdapat kutikula, dan
tidak bersegmen
Daerah
posterior dan anterior : terlihat
Posterior
: anus
Anterior
: mulut
Warna
tubuh : kuning pucat
Simetri
tubuh : billateral
Ukuran
tubuh : P, 23 cm dan L, 0,5 cm
Male
: ventral runcing
Female
: cloaca
|
Platyhelmintes
|
|
Fasciola hepatica
|
|
Bentuk
tubuh : pipih
Daerah
posterior dan anterior : terlihat tidak terdapat sucker
Posterior
: anus
Anterior
: mulut
Warna
tubuh : putih pucat
Simetri
tubuh : billateral
Ukuran
tubuh : P, 18 cm dan L, 0,7 cm
Berat
: 0,1 gr
|
Tabel 5. Dendogram
Dendogram
|
PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang diperoleh dilihat pada gambar dan
tabel, dapat dibedekan antara setiap spesies ciri morfologi tiap filum, yaitu segmen
dan nefridiophore pada annelida, runcing di ujung ventral pada nematoda dan
pipih pada platyhelmintes. Pada annelida yaitu Hirudo medinalis tubuhnya bulat dan memanjang, Kepala
tidak begitu jelas, mulut di bagian ujung anterior dikelilingi oleh sucker
anterior sementara anus dikelilingi oleh sucker posterior. Prostomium dapat digerakan keluar masuk
bagian mulut. Jumlah 32
segmen dengan 2-4 anulus. Merupakan hewan berumah satu, tidak dapat melakukan pembuahan sendiri.
Bentuk tubuh Hirudo medinalis ini bersegmen namun tidak memiliki setae dan parapodia. Panjang tubuhnya
9 cm sedangkan lebarnya 2 cm, dengan warna coklat kehitaman dan bersimetri
billateral. Hirudo medinalis termasuk merupakan lintah air, oleh
karenanya kualitas perairan berpengaruh langsung terhadap organisme
yang hidup di dalamnya. Lintah menetap di suatu substrat sehingga keberadaan
ataupun ketidak beradaannya dapat memberikan gambaran kondisi perairan tempat
hidupnya. Lintah merupakan organisme yang masih dapat ditemukan pada lingkungan
yang tercemar, sehingga termasuk ke dalam organisme toleran. Umumnya spesies
lintah dapat ditemukan pada habitat eutrofik, poly-saprobic, dan lingkungan
yang mengalami tekanan menengah maupun tekanan yang tinggi (Kusnandi, 2015).
Panjang tubuh Ascaris lumbicoides dapat mencapai 23 cm
dengan lebar 0,5 cm. Cacing jantan lebih kecil dibandingkan dengan cacing
betinanya dengan ujung ekor melengkung yang disebut cloaca, sementara cacing
betina lurus dan meruncing di ujung ventralnya.
Tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal dan elastis dengan 4 buah
garis memanjang yang terdapat di sepanjang tubuhnya (1 dorsal, 1 ventral, 2
lateral). Di bagian anterior terdapat mulut dengan 3 buah bibir (1 bibir dorsal dan 2 bibir ventrolateral) dan
masingmasing bibir memiliki papilla (Sutarno, ). Merupakan hewan berumah dua,
fertilisasi internal. Simetri tubuh cacing ini bersimetri billateral.
Fasciola
hepatica merupakan cacing yang mempunyai
simetri bilateral, dan tubuhnya pipih secara
dorsoventral. Bentuk tubuhnya bervariasi, yang berbentuk pipih memanjang,
pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak
mikroskopis beberapa milimeter hingga berukuran panjang 18 meter dan
lebar 0,7 cm. Cacing ini pipih berwarna putih pucat. Sementara yang hidup
bebas ada yang berwarna coklat, abu abu, hitam atau berwarna cerah. Ujung
anterior tubuh berupa kepala. Struktur tubuh yang tripoblastik yang terdiri
atas lapisan ektoderm (tipis, mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal
kelenjar, dilapisi kutikula yang berfungsi melindungi jaringan dibawahnya dan
cairan hospes) lapisan endoderm (melapisi saluran pencernaan), lapisan
mesoderm (jaringan yang membentuk otot, alat eksresi saluran reproduksi) (Kastawi,
2001).
Fasciola hepatica berbentuk pipih seperti daun tanpa rongga tubuh. Telur cacing hati berbentuk oval, berdinding halus dan
tipis berwarna kuning dan bersifat sangat permiabel, memiliki operkulum pada salah satu kutubnya. Operkulum merupakan
daun pintu telur yang terbuka pada saat
telur akan menetas dan larva miracidium yang bersilia dibebaskan. Fasciola hepatica ini mempunyai ciri-ciri: batil
isap mulut dan kepala yang letaknya berdekatan, divertikulum usus, alat kelamin
jantan (testis) yang bercabang-cabang dan berlobus. Sedangkan alat kelamin betina mempunyai kelenjar
vitellaria yang memenuhi sisi lateral tubuh. Memiliki sebuah pharing dan oesphagus yang pendek, uterus
pendek dan bercabang- cabang (Sayuti, 2007).
Infeksi cacing hati merupakan
salah satu parasit penting pada ruminansia besar di Indonesia. Maka dari itu
kita menemukan cacing ini oada hati Ruminansia, sesuai dengan (Sayuti, 2007), yang
menyatakan bahwa, tingkat prevalensi penyebaran cacing hati (Fasciola spp) pada
ternak masih menunjukkan angka-angka yang tinggi, terutama di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi penyebaran Fasciola spp di beberapa
negara menurut FAO (2007), sebagai berikut: Indonesia mencapai 14%-28%,
Philipina 18%-59%, Thailand 75%, Pakistan 50%-58%, Nigeria 60%-72%, Afrika
utara 43%-50%, Brasil 50%-61%, Mexico 74%. Prevalensi Fasciola spp di Peru pada
tahun 1999 18,18%-31,3%.
SIMPULAN
Berdasarkan pengamatan beberapa spesies Identifikasi
Karakter Morfologi Spesies Hirudo medicinalis , Ascaris
lumbicoides dan Fasciola hepatica diperoleh ciri morfologi pada annelida yaitu Hirudo medinalis tubuhnya bulat dan memanjang, Kepala
tidak begitu jelas, mulut di bagian ujung anterior dikelilingi oleh sucker
anterior sementara anus dikelilingi oleh sucker posterior. Prostomium dapat digerakan keluar masuk
bagian mulut. Jumlah 32
segmen dengan 2-4 anulus. Merupakan hewan berumah satu, tidak dapat melakukan pembuahan sendiri. Bentuk
tubuh Hirudo
medinalis ini bersegmen namun tidak memiliki setae dan
parapodia. Panjang tubuhnya 9 cm sedangkan lebarnya 2 cm, dengan warna coklat
kehitaman dan bersimetri billateral.
Sedangkan pada Panjang
tubuh Ascaris lumbicoides dapat
mencapai 23 cm dengan lebar 0,5 cm. Cacing jantan lebih kecil dibandingkan
dengan cacing betinanya dengan ujung ekor melengkung yang disebut cloaca, sementara
cacing betina lurus dan meruncing di ujung ventralnya. Tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal
dan elastis dengan 4 buah garis memanjang yang terdapat di sepanjang tubuhnya
(1 dorsal, 1 ventral, 2 lateral). Di bagian anterior terdapat mulut
dengan 3 buah bibir (1 bibir dorsal dan
2 bibir ventrolateral) dan masingmasing bibir memiliki papilla (Sutarno, ). Merupakan
hewan berumah dua, fertilisasi internal. Simetri tubuh cacing ini bersimetri
billateral.
Fasciola
hepatica berbentuk pipih seperti daun tanpa
rongga tubuh. Telur cacing hati berbentuk
oval, berdinding halus dan tipis berwarna kuning dan bersifat sangat permiabel,
memiliki operkulum pada salah satu
kutubnya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbel, 2008. Biology Edisi 8 Jilid 2.
Jakarta:Erlangga
Kastawi,Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang
Kastawi,Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang
Kamal, Mustafa. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan. MIPA UNSRI. Inderalaya
Kusnadi, Agus. 2015. Struktur
Komunitas Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran Sungai Ancar Kota Mataram
Dan Upaya Pembuatan Poster Untuk Pendidikan Masyarakat Tahun 2013. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015.
Radiopoetro. 1996. Zoologi . Jakarta : Erlangga
Rasidi, Pembenihan Cacing
Laut Dendronereis Pinnaticirris: Suatu Upaya Awal Penyediaan Benih Cacing Laut Untuk Budidaya. Media Akuakultur Volume 7 Nomor 2 Tahun 2012.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta
Sayuti, Linda. 2007. Kejadian Infeksi Cacing Hati (Fasciola Spp)
Pada Sapi Bali Di Kabupaten Karangasem, Bali. Skripsi Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Syahria S, 2016. Pendahuluan scholar.unand.ac.id.
Widaswara, Herlin dkk. Pengaruh Terapi Lintah Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Di Klinik Terapi Lintah Medis Purba Kawedusan Kebumen. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar