Senin, 26 Maret 2018

laporan praktikum taksonomi hewan invertebrata



Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai Spesies Annelida dan Platyhelmintes

Kiki Rofiqoh
Tadris Biologi, FTIK, IAIN Jember
NIM: T20158038
ABSTRAK
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri morfologi spesies Annelida dan Platyhelmintes. Praktikum dilakukan di laboratorium terpadu IAIN Jember dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Maret 2018 untuk pengambilan sampling yang bertempat di daerah pekarangan rumah, pantai tanjung papuma dan di perairan sekitar penduduk. Berdasarkan pengamatan beberapa sepesies Annelida dan Platyhelmintes ditemukan dua spesies Annelida dan dua spesies Platyhelmintes. Pada filum annelida ada dua spesies yang dimati yaitu cacing tanah (Lumbricus sp) dan cacing laut (allita), yang memiliki ciri bersgemen, terdapat ceteae, hermaprodit dan memiliki clitellium. Sedangkan Pada filum  platyhelmintes juga terdapat dua spesies yaitu, cacing pipih laut (Pseudobiceros) dan cacing pipih yang ditemukan di sungai (Planaria torva).

Kata kunci: annelida/platyhelmintes/ Lumbricus sp /Allita/ Pseudobiceros/planaria

PENDAHULUAN


             Annelida berasal dari kata “Annulus” yang berarti cincin. Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen. Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta terdiri atas dua subordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen eksterior. Subordo Neooligochaeta (seta lumbricin atau perichaetin, lubang jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran (Syami Nilawati, 2014). Oligochaeta terdiri atas dua subordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen eksterior. Subordo Neooligochaeta (setalumbricin atau perichaetin, lubang jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran).
Filum Annelida merupakan cincin kecil bentuk, berarti cacing yang berbentuk cincin kecil. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, tubuhnya bersegment- segment. Mereka hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air tawar. Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga yang bersifat parasit pada vertebrata. Annelida di samping tubuhnya bersegment-segmen, juga tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis; sudah mempunyai sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan sudah ada rongga badan atau celom (Radiopoetro, 1996)
Tanda-tanda karakteristik filum Annelida yaitu: 1) Bilateral; simetris; tubuh panjang dan jelas bersegmen-segmen, 2) Adanya alat gerak yan berupa bulu-bulu kaku (setae) pada tiap segmen (tidak terdapat pada beberapa bentuk), 3) Badan tertutup oleh kutikula yang licin, 4) Dinding badan dan traktus digestivus dengan lapisan otot sirkuler dan longitudinal, 5) Traktus digestivus lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu badan, 6) Sistem kardiovaskular adalah sistem tertutup, pe,mbuluh-pembuluh darah membujur, 7) Respirasi dengan kulit, 8) Organ eksresi terdiri atas sepasang nephridia pada tiap segment, 9) Sistem pusat terdiri atas sepasang ganglia cerebrales pada ujung dorsal otak, 10) Kebanyakan bersifat hermaphrodit dan perkembangan secara langsung (Radiopoetro,1996)
Anggota Platyhelminthes mempunyai  tubuh yang pipih dan simetris bilateral. Tubuh lunak dan sistem peredaran darah masih sederhana. Sistem eksresi yang utama adalah sel frame dan tergabung ke dalam tubulus. Reproduksi secara aseksual, testis dan ovarium terdapat di dalam satu tubuh namun tidak dapat membuahi dengan sendirinya di dalam satu tubuh. Cacing pipih yang hidup sebagai parasit biasanya memiliki lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat penghisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel (Kamal 2012: 13).
Platyhelminthes merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral, dan tubuhnya pipih  secara dorsoventral. Bentuk tubuhnya bervariasi, yang  berbentuk pipih memanjang, pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh  bervariasi mulai yang tampak mikroskopis beberapa milimeter hingga  berukuran panjang belasan meter. Sebagian besar cacing pipih berwarna  putih atau tidak berwarna. Sementara yang hidup bebas ada yang berwarna coklat, abu abu, hitam atau berwarna cerah. Ujung anterior tubuh berupa kepala. Bagian ventral terdapat mulut dan lubang genital tampak jelas pada Turbellaria, tetapi tidak tampak jelas pada Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang menghasilkan sekresi (alat cengkram dan alat penghisap) yang  bersifat perekat untuk menempel dan melekat, misalnya oral sucker dan ventral sucker pada Trematoda (Kastawi, 2001). Struktur tubuh Platyhelminthes yang tripoblastik yang terdiri atas lapisan ektoderm (tipis, mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar, dilapisi kutikula yang berfungsi melindungi jaringan dibawahnya dan cairan hospes) lapisan endoderm (melapisi saluran pencernaan),  lapisan mesoderm (jaringan yang membentuk otot, alat eksresi saluran reproduksi).
Platyhelminthes tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (aselomata). Kelas Turbellaria, hidup bebas. Sedangkan kelas Trematoda dan Cestoda bersifat parasit (Rusyana, 2011). Cacing pipih (Playthelminthes) hidup di habitat-habitat laut, perairan tawar, dan daratan yang lembab. Selain bentuk yang hidup bebas, cacing  pipih mencakup pula banyak spesies parasit, misalnya cacing hati (Flukes) cacing pita (Tapeworm). Cacing pipih dinamai demikian karena mereka memiliki tubuh kurus yang memipih secara dorsoventral (antara permukaan dorsal dan ventral); Platyhelminth berarti cacing pipih. Cacing pipih paling kecil merupakan spesies yang hidup bebas dan berukuran hampir mikroskopik, sementara beberapa cacing pita bisa mencapai panjang lebih dari 30 m. Walaupun cacing pipih mengalami perkembangan triploblastik, mereka merupakan aselomata (hewan yang tidak memiliki rongga tubuh) (Campbell, 2008). Tubuhnya yang pipih menempatkan semua sel-selnya dekat dengan air di lingkungan sekitar atau di dalam saluran pencernaannya. Karena kedekatannya dengan air, pertukaran gas dan pembuangan zat bisa  bernitrogen (amonia) dapat terjadi melalui difusi menyeberangi permukaan tubuh. Cacing pipih tidak memiliki organ yang terspesialisasi untuk  pertukaran gas, dan apparatus ekskresinya yang relatif sederhana terutama  berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan osmotik dengan lingkungannya. Aparatus terdiri atas protonefridia ( protonephridia), jejaring tubula dengan struktur bersilia disebut sebagai sel api ( flame bulb) yang menarik cairan melalui saluran bercabang-cabang yang membuka keluar. Kebanyakan cacing pipih memiliki rongga gastrovaskular dengan hanya satu  bukaan. Meskipun cacing pipih tidak memiliki system sirkulasi, cabang-cabang rongga gastrovaskular yang halus mengedarkan makanan secara langsung ke sel-sel hewan (Campbell, 2008)
Untuk mengetahui karakter morfologi dari berbagai jenis spesies annelida dan platyhelmintes, maka kami melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi spesies yang dapat kita temukan di lingkungan kita.




METODE PENELITIAN
Praktikum yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai Spesies Annelida dan Platyhelmintes ” dilaksanakan di laboratorium terpadu IAIN Jember pada hari Senin tanggal 19 Maret 2018 untuk pengambilan sampling yang bertempat di daerah pekarangan rumah, pantai tanjung papuma dan di perairan sekitar penduduk.
Alat-alat yang kami gunakan pada saat praktikum antara lain: alat seksi, papan seksi, kaca pembesar (loup), buku identifikasi, lembar pengamatan dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang kami gunakan berupa spesies cacing laut, cacing tanah, planaria dan cacing laut  pipih.
Prosedur kerja pada saat pengamatan spesimen porifera dan spesimen Cnidaria terdiri dari bebrapa tahap yaitu, tahap pertama, menyiapkan alat dan bahan, kedua, meletakkan spesies di atas papan seksi. ketiga, mengamati spesimen dengan kaca pembesar (loup) dan segmen, serta bagain-bagiannya. Setelah semua teramati, kemudian  mencatat karakter morfologi yang meliputi bentuk tubuh, warna tubuh, simetri tubuh, tipe skeleton, dan tipe kanal. Serta menggambar secara skematis spesimen porifera dan spesimen Cnidaria beserta keterangannya. Lalu menulis klasifikasinya serta menganalisis hasil pengamatan.


HASIL
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai Spesies Annelida dan Platyhelmintes ” diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Pengamatan morfologi Annelida
Porifera
Lokasi: halaman rumah riska
Gambar
Keterangan

5
 
4
 
3
 
2
 
1
 

       

Klasifikasi:
Kingdom: animalia
Filum: annelida
Kelas: clitellata
Ordo: haplotacida
Famili: lumbricidae
Genus: lumbricus
Spesies: Lumbricus sp

Bagian-bagian tubuh:
  1. Anus
  2. segemen
  3. mulut
  4. protosmium
  5. clitellium

Lokasi : pantai tanjung papuma jember

6
 
5
 
4
 
3
 
2
 
1
 



Klasifikasi:
Kingdom: animalia
Filum: annelida
Kelas: clitellata
Ordo: policetae
Famili: phyllodocida
Genus: nereididae
Spesies: Allita

Bagian-bagian tubuh:
1.       Mulut
2.       protosmial
3.       parapodia
4.       setae
5.       segmen
6.       anus



Tabel 2. Pengamatan Spesies Platyhelmintes
Lokasi: pantai tanjung papuma
Gambar
Keterangan


2


1
 


4
6
 
5
 
3
 







Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: platyhelmintes
Kelas: polycladida
Ordo: polycladida
Famili: pseudocerofidae
Genus: Pseudobiceros

Bagian-bagian tubuh
  1. anterior
  2. posterior
  3. ocelli
  4. male gonopores
  5. female gonopores
  6. intestine
Lokasi : sungai









 
2
 


Text Box: 3
1
 




Klasifikasi:
Kingdom: animalia
Filum: platyhelmintes
Kelas: rhapditopora
Ordo: tricladida
Famili: planaridae
Genus: planaria
Spesies: Planaria torva

Bagian-bagian tubuh
  1. Anterior
  2. eyespot
  3. posteroior




Tabel 3. Ciri-ciri morfologi
Ciri-ciri Morfologi
Annelida
Lumbricus sp
Allita
Bentuk tubuh : memanjang dan bersegmen
Daerah posterior dan anterior : terlihat
Warna tubuh : hitam kecoklatan
Simetri tubuh : billateral
Ukuran tubuh : P, 18 cm dan L, 0,6 cm
Clitellium berada pada segmen : 37 dari antaerior

Bentuk tubuh : memanjang dan bersegmen
Daerah posterior dan anterior : terlihat
Warna tubuh : hijau kekuningan
Simetri tubuh : billateral
Ukuran tubuh : P, 7 cm dan L, 0,4 cm

Platyhelmintes
Pseudobiceros
Planaria torva
Bentuk tubuh : pipih melebar
Daerah posterior dan anterior : terlihat
Warna tubuh : putih kekuningan dan berbintik coklat
Simetri tubuh : billateral
Ukuran tubuh : P, 4,3 cm dan L, 3 cm
Bentuk tubuh : pipih
Daerah posterior dan anterior : terlihat
Warna tubuh : kecoklatan
Simetri tubuh : billateral
Ukuran tubuh : P, 0,4 cm dan L, 0,2 cm



Tabel 2. Dendogram
Dendogram Annelida









PEMBAHASAN


Dari pengamatan yang diperoleh dilihat pada gambar dan tabel, dapat dibedekan antara spesies annelida dan platyhelmintes yaitu pada segmen dan clitellum. Pada annelid terdapat segmen, clitellium, dan setae, sedangkan pada platyhelmintes tidak terdapat hal yang demikian. Pada filum annelida ada dua spesies yang dimati yaitu cacing tanah (Lumbricus sp) dan cacing laut (allita).

Cacing tanah (Lumbricus) merupakan hewan tidak bertulang belakang (Invertebrata) yang digolongkan ke dalam filum Annelida, ordo Oligochaeta, dan kelas Chaetopoda yang hidup dalam tanah. Filum Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Huridinea. Ciri-ciri filum Annelida adalah tubuhnya simetris bilateral, silindris, dan bersegmen-segmen serta pada permukaan tubuh terdapat sederetan dinding tipis atau sekat, saluran pencernaan makanan dan mulut terletak pada bagian depan (muka), sedangkan anus di bagian belakang; mempunyai rongga tubuh (coelom) yang berkembang dengan baik, bernapas dengan kulit atau insang; mempunyai peredaran darah tertutup dan darahnya mengandung hemoglobin (cecep hiddayat). Sesuai dengan yang kita amati Lumbicus sp  memiliki segmen, bersimetri bilateral. Clitellium terdapat pada segmen ke 37 dari anterior dan segmen pertama adalah mulut. Lumbicus sp  tanah bersifat hermaprodit atau biseksual yaitu, hewan yang memiliki dua alat kelamin (jantan dan betina) dalam satu tubuhnya. Namun demikian, untuk melakukan pembuahan, cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan harus dilakukan oleh sepasang cacing tanah. Sifat cacing tanah yang unik yaitu di dalam habitat tanah sangat menentukan dalam penghancuran sampah nabati menjadi humus, mengubah profil tanah dan membuat lubanglubang tanah atau aerasi tanah sehingga oksigen dapat masuk ke dalam tanah untuk kehidupan hewan tanah lainnya. Cacing tanah membantu mempercepat proses mineralisasi yang terjadi di tanah karena dapat menyediakan substrat yang baik bagi organisme serta butiran-butiran kascing dapat memperbaiki struktur tanah (febrita, 2015)
Selanjutnya cacing laut atau Allita merupakan cacing laut yang kita temukan di pantai tanjug papuma. Allita memiliki warna tubuh hijau kekuningan yang dapat menyamai warn koral dan algae sehingga butuh kejelian untuk menemukan hewan ini. Sama seperti Lumbicus, Allita juga memiliki segmen tubuh dan setae. Allita termasuk dalam polycetae karena memiliki cetae atau rambut rambut halus yang sepasang pada bagian tubuhnya. Polichetae memiliki panjang 5-10 cm diameter 2-10 mm. Warana sangat indah, merah, kesumba, hijau, atau perpaduan bebrapa warna seperti pelangi. Tubuh polychetae dbedakan menjadi daerah kepala (protosmium) dengan mata, antena, dan sensor palus. Polychetae memiliki sepasang struktur seperti dayung yng disebut prapodia pada setiap segmen tubuhnya (Rasidi, 2012).
Pada filum  platyhelmintes juga terdapat dua spesies yaitu, cacing pipih laut (Pseudobiceros) dan cacing pipih yang ditemukan di sungai (Planaria torva). Pseudobiceros memiliki ciri-ciri morfologi yang pipih dan berwarna coklat. Spesies ini termasuk dalam ordo polycladidae yang dapat ditemukan di perairan jernih, dan biasanya menempel di bebatuan yang tergenang air. Dengan jenis kelamin hermaprodit yang dapat membuahi jika ada pasangan lainnya.
Spesies yang kedua yaitu Planaria torva. Spesies ini ditemukan di sungai jernih yang memiliki aliran yang tenang. Spesies ini memiliki panjang, 0,4 cm dan lebar, 0,2 cm dengan warna kecoklatan dan bertubuh kecil.  Planariaa termasuk dalam Filum Platyhelminthes yang memiliki bentuk tubuh pipih dan simetribilateral. Planaria berhabitat di daerah bertemperatur 18–24°C dengan ketinggian antara 500–1500 m dpl. Tubuh planaria tersusun dari bagian cranial, trunchus dan caudal. Bagian cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot yang berfungsi sebagai fotoreseptor dan sepasang auricle yang terletak dibagian lateral tubuh pada bagian cranial. Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata dengan tubuh planaria tersusun solid tanpa adanya coelom. Semua ruangan yang terletak di antara organ viseral tersusun oleh mesenkim, yang lebih dikenal dengan sebutan parenkim. Planaria banyak digunakan sebagai indikator kualitas perairan terutama perairan tawar. Perairan yang terdapat planaria hampir dapat dipastikan belum tercemar (Palupi dkk, 2015). yang menunjukkan bahwa Dugesia japonica dapat berperan sebagai spesies bioindikator untuk deteksi dan evaluasi efek logam kadmium pada perairan tawar. Selain sebagai bioindikator pencemaran, planaria juga banyak diteliti karena kemampuan regenerasi yang tinggi melalui pembentukan blastema. Reproduksi planaria terjadi melalui dua moda, yaitu reproduksi aseksual (transverse fission) dan reproduksi seksual dengan pembentukan gamet. Pada reproduksi seksualnya, planaria dikenal sebagai hewan hermafrodit. Individu planaria yang bereproduksi secara seksual (sexual strain) mampu membentuk organ reproduksi yang berkembang pasca masa embrional, sedangkan individu yang bereproduksi secara aseksual (asexual strain) gagal membentuk organ reproduksi sehingga mutlak bereproduksi melalui pembelahan transversal (Palupi dkk, 2015).



SIMPULAN
Berdasarkan pengamatan beberapa sepesies Annelida dan Platyhelmintes ditemukan dua spesies Annelida dan dua spesies Platyhelmintes. Pada filum annelida ada dua spesies yang dimati yaitu cacing tanah (Lumbricus sp) dan cacing laut (allita), yang memiliki ciri bersgemen, terdapat ceteae, hermaprodit dan memiliki clitellium. Sedangkan Pada filum  platyhelmintes juga terdapat dua spesies yaitu, cacing pipih laut (Pseudobiceros) dan cacing pipih yang ditemukan di sungai (Planaria torva). Dengan ciri-ciri bertubuh pipih, terdapat eyespot, dan hermaprodit.


DAFTAR PUSTAKA

Campbel, 2008. Biology Edisi 8  Jilid 2. Jakarta:Erlangga      
Kastawi,Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang
Kamal, Mustafa. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan. MIPA UNSRI. Inderalaya
Nilawati, Syami dkk. Jenis-jenis Cacing Tanah (Oligochaeta) yang Terdapat di Kawasan             Cagar   Alam Lembah Anai Sumatera Barat. urnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio.      UA.)3(2) – Juni 2014 : 087-091 (ISSN : 2303-2162).
Palupi, Endah, dkk. Tahapan Perkembangan Organ Reproduksi Seksual Planariadari   Perairan Lereng Gunung Slamet, Baturraden, Banyumasdevelopmental Stage Of Sexual Reproduction Organ Of Planaria From Mountslamet Slope’s Water, Baturraden,         Banyumas.sains dan matematika, ISSN 2302-7290 Vol. 3 No. 2, April 2015
Radiopoetro. 1996. Zoologi . Jakarta. Erlangga:
Rasidi, Pembenihan Cacing Laut Dendronereis Pinnaticirris: Suatu Upaya Awal Penyediaan            Benih Cacing             Laut Untuk Budidaya. Media Akuakultur Volume 7 Nomor 2 Tahun            2012.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrat. Bandung: Alfabeta








Laporan Praktikum Taksonomi Hewan Karakteristik Aves

Identifikasi Karakter Morfologi Lonchura punctulata (Bondol Peking) dan Bulu Unggas Kiki Rofiqoh Tadris Biologi, FTIK, IAIN J...