Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai
Spesies Annelida dan Platyhelmintes
Kiki Rofiqoh
Tadris Biologi, FTIK, IAIN Jember
NIM:
T20158038
ABSTRAK
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri morfologi spesies
Annelida dan Platyhelmintes. Praktikum dilakukan di laboratorium terpadu
IAIN Jember dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 19 Maret 2018 untuk pengambilan sampling yang bertempat di
daerah pekarangan rumah, pantai tanjung papuma dan di perairan sekitar
penduduk. Berdasarkan
pengamatan beberapa sepesies Annelida dan Platyhelmintes ditemukan dua spesies
Annelida dan dua spesies Platyhelmintes. Pada filum annelida ada dua
spesies yang dimati yaitu cacing tanah (Lumbricus sp) dan cacing laut
(allita), yang memiliki ciri bersgemen, terdapat ceteae, hermaprodit dan
memiliki clitellium. Sedangkan Pada filum platyhelmintes juga terdapat dua spesies
yaitu, cacing pipih laut (Pseudobiceros) dan cacing pipih yang ditemukan di sungai (Planaria
torva).
Kata kunci: annelida/platyhelmintes/
Lumbricus sp /Allita/ Pseudobiceros/planaria
PENDAHULUAN
Filum
Annelida merupakan cincin kecil bentuk, berarti cacing yang berbentuk cincin
kecil. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, tubuhnya bersegment-
segment. Mereka hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air
tawar. Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa
bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga yang bersifat parasit
pada vertebrata. Annelida di samping tubuhnya bersegment-segmen, juga tertutup
oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis; sudah mempunyai
sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan sudah ada rongga badan atau
celom (Radiopoetro, 1996)
Tanda-tanda karakteristik filum Annelida
yaitu: 1) Bilateral; simetris; tubuh panjang dan jelas bersegmen-segmen, 2)
Adanya alat gerak yan berupa bulu-bulu kaku (setae) pada tiap segmen (tidak
terdapat pada beberapa bentuk), 3) Badan tertutup oleh kutikula yang licin, 4)
Dinding badan dan traktus digestivus dengan lapisan otot sirkuler dan longitudinal,
5) Traktus digestivus lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu badan, 6)
Sistem kardiovaskular adalah sistem tertutup, pe,mbuluh-pembuluh darah
membujur, 7) Respirasi dengan kulit, 8) Organ eksresi terdiri atas sepasang
nephridia pada tiap segment, 9) Sistem pusat terdiri atas sepasang ganglia
cerebrales pada ujung dorsal otak, 10) Kebanyakan bersifat hermaphrodit dan
perkembangan secara langsung (Radiopoetro,1996)
Anggota Platyhelminthes mempunyai tubuh yang pipih dan simetris bilateral. Tubuh
lunak dan sistem peredaran darah masih sederhana. Sistem eksresi yang utama
adalah sel frame dan tergabung ke dalam tubulus. Reproduksi secara aseksual,
testis dan ovarium terdapat di dalam satu tubuh namun tidak dapat membuahi
dengan sendirinya di dalam satu tubuh. Cacing pipih yang hidup sebagai parasit
biasanya memiliki lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan
ini mempunyai alat penghisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel
(Kamal 2012: 13).
Platyhelminthes
merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral, dan tubuhnya pipih secara
dorsoventral. Bentuk tubuhnya bervariasi, yang berbentuk pipih memanjang,
pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang tampak
mikroskopis beberapa milimeter hingga berukuran panjang belasan meter.
Sebagian besar cacing pipih berwarna putih atau tidak berwarna. Sementara
yang hidup bebas ada yang berwarna coklat, abu abu, hitam atau berwarna cerah.
Ujung anterior tubuh berupa kepala. Bagian ventral terdapat mulut dan lubang
genital tampak jelas pada Turbellaria, tetapi tidak tampak jelas pada
Trematoda dan Cestoda. Ada organ yang menghasilkan sekresi (alat cengkram dan
alat penghisap) yang bersifat perekat untuk menempel dan melekat,
misalnya oral sucker dan ventral sucker pada Trematoda (Kastawi, 2001).
Struktur tubuh Platyhelminthes yang tripoblastik yang terdiri atas lapisan
ektoderm (tipis, mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar, dilapisi
kutikula yang berfungsi melindungi jaringan dibawahnya dan cairan hospes)
lapisan endoderm (melapisi saluran pencernaan), lapisan mesoderm (jaringan yang membentuk otot, alat eksresi
saluran reproduksi).
Platyhelminthes
tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (aselomata). Kelas Turbellaria,
hidup bebas. Sedangkan kelas Trematoda dan Cestoda bersifat parasit (Rusyana,
2011). Cacing pipih (Playthelminthes) hidup di habitat-habitat laut, perairan
tawar, dan daratan yang lembab. Selain bentuk yang hidup bebas, cacing
pipih mencakup pula banyak spesies parasit, misalnya cacing hati (Flukes)
cacing pita (Tapeworm). Cacing pipih dinamai demikian karena mereka memiliki
tubuh kurus yang memipih secara dorsoventral (antara permukaan dorsal dan
ventral); Platyhelminth berarti cacing pipih. Cacing pipih paling kecil merupakan
spesies yang hidup bebas dan berukuran hampir mikroskopik, sementara beberapa
cacing pita bisa mencapai panjang lebih dari 30 m. Walaupun cacing pipih
mengalami perkembangan triploblastik, mereka merupakan aselomata (hewan yang
tidak memiliki rongga tubuh) (Campbell, 2008). Tubuhnya yang pipih menempatkan
semua sel-selnya dekat dengan air di lingkungan sekitar atau di dalam saluran
pencernaannya. Karena kedekatannya dengan air, pertukaran gas dan pembuangan
zat bisa bernitrogen (amonia) dapat terjadi melalui difusi menyeberangi
permukaan tubuh. Cacing pipih tidak memiliki organ yang terspesialisasi untuk
pertukaran gas, dan apparatus ekskresinya yang relatif sederhana terutama
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan osmotik dengan lingkungannya.
Aparatus terdiri atas protonefridia ( protonephridia), jejaring tubula
dengan struktur bersilia disebut sebagai sel api ( flame bulb) yang menarik cairan melalui saluran
bercabang-cabang yang membuka keluar. Kebanyakan cacing pipih memiliki rongga
gastrovaskular dengan hanya satu bukaan. Meskipun cacing pipih tidak
memiliki system sirkulasi, cabang-cabang rongga gastrovaskular yang halus
mengedarkan makanan secara langsung ke sel-sel hewan (Campbell, 2008)
Untuk mengetahui karakter morfologi dari berbagai jenis
spesies annelida dan platyhelmintes, maka kami melakukan pengamatan untuk
mengidentifikasi spesies yang dapat kita temukan di lingkungan kita.
METODE
PENELITIAN
Praktikum yang kami lakukan tentang “Identifikasi Karakter Morfologi Berbagai Spesies Annelida dan Platyhelmintes ” dilaksanakan di laboratorium terpadu IAIN Jember pada
hari Senin tanggal 19 Maret 2018 untuk pengambilan sampling yang bertempat di
daerah pekarangan rumah, pantai tanjung papuma dan di perairan sekitar penduduk.
Alat-alat yang kami gunakan pada saat praktikum antara
lain: alat seksi, papan seksi, kaca pembesar (loup), buku identifikasi, lembar
pengamatan dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang kami gunakan berupa
spesies cacing laut, cacing tanah, planaria dan cacing laut pipih.
Prosedur kerja pada saat pengamatan
spesimen porifera dan spesimen Cnidaria terdiri dari bebrapa tahap yaitu, tahap
pertama, menyiapkan alat dan bahan, kedua, meletakkan spesies di atas papan
seksi. ketiga, mengamati spesimen dengan kaca pembesar (loup) dan segmen, serta
bagain-bagiannya. Setelah semua teramati, kemudian mencatat karakter morfologi yang meliputi
bentuk tubuh, warna tubuh, simetri tubuh, tipe skeleton, dan tipe kanal. Serta
menggambar secara skematis spesimen porifera dan spesimen Cnidaria beserta
keterangannya. Lalu menulis klasifikasinya serta menganalisis hasil pengamatan.
HASIL
Berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan tentang “Identifikasi
Karakter Morfologi Berbagai Spesies Annelida dan Platyhelmintes ” diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan morfologi Annelida
Lokasi:
pantai tanjung papuma
|
|||||||||||||||||
Gambar
|
Keterangan
|
||||||||||||||||
|
Klasifikasi:
Kingdom:
Animalia
Filum:
platyhelmintes
Kelas:
polycladida
Ordo:
polycladida
Famili:
pseudocerofidae
Genus:
Pseudobiceros
Bagian-bagian
tubuh
|
||||||||||||||||
Lokasi
: sungai
|
|||||||||||||||||
|
Klasifikasi:
Kingdom: animalia
Filum: platyhelmintes
Kelas: rhapditopora
Ordo: tricladida
Famili: planaridae
Genus: planaria
Spesies: Planaria
torva
Bagian-bagian tubuh
|
Tabel 3. Ciri-ciri morfologi
Ciri-ciri Morfologi
|
|
Annelida
|
|
Lumbricus sp
|
Allita
|
Bentuk
tubuh : memanjang dan bersegmen
Daerah
posterior dan anterior : terlihat
Warna
tubuh : hitam kecoklatan
Simetri
tubuh : billateral
Ukuran
tubuh : P, 18 cm dan L, 0,6 cm
Clitellium
berada pada segmen : 37 dari antaerior
|
Bentuk
tubuh : memanjang dan bersegmen
Daerah
posterior dan anterior : terlihat
Warna
tubuh : hijau kekuningan
Simetri
tubuh : billateral
Ukuran
tubuh : P, 7 cm dan L, 0,4 cm
|
Platyhelmintes
|
|
Pseudobiceros
|
Planaria torva
|
Bentuk
tubuh : pipih melebar
Daerah
posterior dan anterior : terlihat
Warna
tubuh : putih kekuningan dan berbintik coklat
Simetri
tubuh : billateral
Ukuran
tubuh : P, 4,3 cm dan L, 3 cm
|
Bentuk
tubuh : pipih
Daerah
posterior dan anterior : terlihat
Warna
tubuh : kecoklatan
Simetri
tubuh : billateral
Ukuran
tubuh : P, 0,4 cm dan L, 0,2 cm
|
Tabel 2. Dendogram
Dendogram Annelida
|
|
|
PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang diperoleh
dilihat pada gambar dan tabel, dapat dibedekan antara spesies annelida dan
platyhelmintes yaitu pada segmen dan clitellum. Pada annelid terdapat segmen,
clitellium, dan setae, sedangkan pada platyhelmintes tidak terdapat hal yang
demikian. Pada filum annelida ada dua spesies yang dimati yaitu cacing tanah (Lumbricus
sp) dan cacing laut (allita).
Cacing tanah (Lumbricus) merupakan hewan tidak bertulang belakang (Invertebrata) yang digolongkan ke dalam filum Annelida, ordo Oligochaeta, dan kelas Chaetopoda yang hidup dalam tanah. Filum Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Huridinea. Ciri-ciri filum Annelida adalah tubuhnya simetris bilateral, silindris, dan bersegmen-segmen serta pada permukaan tubuh terdapat sederetan dinding tipis atau sekat, saluran pencernaan makanan dan mulut terletak pada bagian depan (muka), sedangkan anus di bagian belakang; mempunyai rongga tubuh (coelom) yang berkembang dengan baik, bernapas dengan kulit atau insang; mempunyai peredaran darah tertutup dan darahnya mengandung hemoglobin (cecep hiddayat). Sesuai dengan yang kita amati Lumbicus sp memiliki segmen, bersimetri bilateral. Clitellium terdapat pada segmen ke 37 dari anterior dan segmen pertama adalah mulut. Lumbicus sp tanah bersifat hermaprodit atau biseksual yaitu, hewan yang memiliki dua alat kelamin (jantan dan betina) dalam satu tubuhnya. Namun demikian, untuk melakukan pembuahan, cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan harus dilakukan oleh sepasang cacing tanah. Sifat cacing tanah yang unik yaitu di dalam habitat tanah sangat menentukan dalam penghancuran sampah nabati menjadi humus, mengubah profil tanah dan membuat lubanglubang tanah atau aerasi tanah sehingga oksigen dapat masuk ke dalam tanah untuk kehidupan hewan tanah lainnya. Cacing tanah membantu mempercepat proses mineralisasi yang terjadi di tanah karena dapat menyediakan substrat yang baik bagi organisme serta butiran-butiran kascing dapat memperbaiki struktur tanah (febrita, 2015)
Selanjutnya cacing laut atau Allita
merupakan cacing laut yang kita temukan di pantai tanjug papuma. Allita memiliki
warna tubuh hijau kekuningan yang dapat menyamai warn koral dan algae sehingga
butuh kejelian untuk menemukan hewan ini. Sama seperti Lumbicus, Allita
juga memiliki segmen tubuh dan setae. Allita termasuk dalam polycetae
karena memiliki cetae atau rambut rambut halus yang sepasang pada bagian
tubuhnya. Polichetae memiliki panjang 5-10 cm diameter 2-10 mm.
Warana sangat indah, merah, kesumba, hijau, atau perpaduan bebrapa warna
seperti pelangi. Tubuh polychetae dbedakan menjadi daerah kepala (protosmium)
dengan mata, antena, dan sensor palus. Polychetae memiliki sepasang struktur
seperti dayung yng disebut prapodia pada setiap segmen tubuhnya (Rasidi, 2012).
Pada filum platyhelmintes juga terdapat dua spesies
yaitu, cacing pipih laut (Pseudobiceros) dan cacing pipih yang ditemukan di sungai (Planaria torva).
Pseudobiceros memiliki ciri-ciri morfologi yang pipih dan berwarna coklat.
Spesies ini termasuk dalam ordo polycladidae yang dapat ditemukan di perairan
jernih, dan biasanya menempel di bebatuan yang tergenang air. Dengan jenis
kelamin hermaprodit yang dapat membuahi jika ada pasangan lainnya.
Spesies yang kedua yaitu Planaria
torva. Spesies ini ditemukan di sungai jernih yang memiliki aliran yang
tenang.
Spesies ini memiliki panjang, 0,4 cm dan lebar, 0,2 cm dengan warna kecoklatan
dan bertubuh kecil. Planariaa termasuk dalam Filum Platyhelminthes
yang memiliki bentuk tubuh pipih dan simetribilateral. Planaria berhabitat di
daerah bertemperatur 18–24°C dengan ketinggian antara 500–1500 m dpl. Tubuh
planaria tersusun dari bagian cranial, trunchus dan caudal.
Bagian cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot yang berfungsi
sebagai fotoreseptor dan sepasang auricle yang terletak dibagian lateral
tubuh pada bagian cranial. Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata
dengan tubuh planaria tersusun solid tanpa adanya coelom. Semua ruangan yang
terletak di antara organ viseral tersusun oleh mesenkim, yang lebih dikenal
dengan sebutan parenkim. Planaria banyak digunakan sebagai indikator kualitas
perairan terutama perairan tawar. Perairan yang terdapat planaria hampir dapat
dipastikan belum tercemar (Palupi dkk, 2015). yang menunjukkan bahwa Dugesia
japonica dapat berperan sebagai spesies bioindikator untuk deteksi dan
evaluasi efek logam kadmium pada perairan tawar. Selain sebagai bioindikator
pencemaran, planaria juga banyak diteliti karena kemampuan regenerasi yang
tinggi melalui pembentukan blastema. Reproduksi planaria terjadi melalui dua
moda, yaitu reproduksi aseksual (transverse fission) dan reproduksi seksual
dengan pembentukan gamet. Pada reproduksi seksualnya, planaria dikenal sebagai
hewan hermafrodit. Individu planaria yang bereproduksi secara seksual (sexual
strain) mampu membentuk organ reproduksi yang berkembang pasca masa
embrional, sedangkan individu yang bereproduksi secara aseksual (asexual
strain) gagal membentuk organ reproduksi sehingga mutlak bereproduksi
melalui pembelahan transversal (Palupi dkk, 2015).
SIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan beberapa sepesies Annelida dan Platyhelmintes ditemukan dua spesies
Annelida dan dua spesies Platyhelmintes. Pada filum annelida ada dua
spesies yang dimati yaitu cacing tanah (Lumbricus sp) dan cacing laut
(allita), yang memiliki ciri bersgemen, terdapat ceteae, hermaprodit dan
memiliki clitellium. Sedangkan Pada filum platyhelmintes juga terdapat dua spesies
yaitu, cacing pipih laut (Pseudobiceros) dan cacing pipih yang ditemukan di sungai (Planaria
torva). Dengan ciri-ciri bertubuh pipih, terdapat eyespot, dan hermaprodit.
DAFTAR PUSTAKA
Campbel, 2008. Biology Edisi 8 Jilid 2. Jakarta:Erlangga
Kastawi,Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang
Kastawi,Yusuf. 2001. Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang
Kamal, Mustafa. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi
Hewan. MIPA UNSRI. Inderalaya
Nilawati, Syami dkk. Jenis-jenis Cacing Tanah (Oligochaeta)
yang Terdapat di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai Sumatera Barat. urnal
Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)3(2)
– Juni 2014 : 087-091 (ISSN : 2303-2162).
Palupi, Endah, dkk. Tahapan Perkembangan Organ Reproduksi
Seksual Planariadari Perairan Lereng
Gunung Slamet, Baturraden, Banyumasdevelopmental Stage Of Sexual
Reproduction Organ Of Planaria From
Mountslamet Slope’s Water, Baturraden, Banyumas.sains
dan matematika, ISSN
2302-7290 Vol. 3 No. 2, April 2015
Radiopoetro. 1996. Zoologi . Jakarta. Erlangga:
Rasidi, Pembenihan Cacing Laut Dendronereis Pinnaticirris: Suatu
Upaya Awal Penyediaan Benih
Cacing Laut Untuk Budidaya.
Media Akuakultur Volume 7 Nomor 2 Tahun 2012.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi
Invertebrat. Bandung: Alfabeta